(Gawat) Demokrat di Ambang Kiamat

[imagetag]
Quote:

Jakarta Sepekan ini Partai Demokrat panas. Sejumlah rapat mendadak digelar di kantor DPP Partai Demokrat, juga di kediaman SBY, Cikeas. SBY, orang yang paling berkuasa di PD, pun mengumpulkan para petinggi PD.

Pada 23 Januari 2012, SBY, sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat, memanggil anggota Dewan Pembina Demokrat ke Cikeas. Setelah itu, SBY pun memanggil Anas Urbaningrum, Ketua Umum PD dan Sekjen Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), putranya, selang beberapa saat dari rapat Dewan Pembina itu.

Setelah rangkaian pertemuan itu, PD justru gonjang-ganjing. Para politisi PD saling silat lidah sendiri, saling menyalahkan setelah muncul tuntutan agar Anas Urbaningrum mundur.

***

PD sejatinya sudah kisruh jauh sebelum Februari 2012 ini. Semua kisruh PD itu berawal dari terkuaknya kasus suap Pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumsel, 2011 lalu. Muhammad Nazaruddin, saat itu masih Bendahara Umum Partai Demokrat, diketahui sebagai pemilik perusahaan pemenang tender Wisma Atlet.

Ketenangan Demokrat pun mulai terusik. Lalu, seolah ingin menghilangkan duri dalam daging, Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin mengumumkan pemecatan Nazaruddin pada 23 Mei 2011 malam, sesaat setelah ia kabur ke luar negeri.

Tidak dinyana, justru dalam pelariannya di luar negeri itu Nazaruddin mengumbar fakta keterlibatan koleganya di Demokrat. Dari Angelina Sondakh, Mirwan Amir, hingga Anas Urbaningrum, semua diseretnya. Anas bahkan disebut terlibat proyek Hambalang dan PLTS di Riau.

Keterkaitan Anas dan dua orang kader Demokrat dalam lingkaran kasus Wisma Atlet tidak cuma dibeberkan Nazaruddin. Di persidangan, sejumlah terdakwa dan saksi juga menyebutkan nama Anas, Angie, dan Mirwan, itu.

Mantan Direktur Marketing PT Anak Negeri Rosalina Mindo Manulang, misalnya, mengakui bila Anas si 'Bos Besar' adalah pemilik Permai Grup bersama Nazaruddin. Terkait Angie, ia mengungkapkan, Putri Indonesia Tahun 2001 itu telah menerima uang sebesar Rp 5 miliar dari proyek Wisma Atlet. Ada pula uang Rp 500 juta ke Timses Pemenangan Andi Mallarangeng dalam Rakernas Demokrat di Bandung tahun 2010.

Saksi lainnya, Yulianis, bekas kasir Permai Grup, menguatkan keterangan Rosa mengenai uang ke Angie. Termasuk uang jutaan rupiah ke timses Andi, ia juga tak membantah. Sedangkan untuk acara Rakernas Demokrat yang dimenangkan Anas, Yulianis mengaku mengantarkan uang puluhan miliar ke lokasi Rakernas.

Meski semua nama yang disebut, dari Angie, Andi sampai Anas, berkali-kali membantah, badai tidak kunjung meninggalkan Demokrat. Suara-suara yang menginginkan Anas mundur dari ketua umum dan digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) kian nyaring. Di samping itu, menyembul juga desas-desus kubu lawan Anas sudah mempersiapkan rencana kudeta.

Dalam situasi yang genting itu, SBY lantas memanggil anggota Dewan Pembina Demokrat ke Cikeas. Hanya hitungan hari setelah pertemuan itu, salah satu anggota Dewan Pembina, Ajeng Ratna Suminar, menyebut Dewan Pembina sudah menyiapkan empat calon pengganti Anas.

Namun, anggota dewan pembina lainnya menyatakan, tak ada pembicaraan tentang pergantian ketua umum partai pada pertemuan itu. Memang, selain membahas situasi nasional, pertemuan juga membahas nasib partai, tapi tak menyentuh posisi Anas. "Kita bicarakan partai ini apakah sesuai dengan polling-poling itu menurun," kata sumber tersebut kepada majalah detik.

Namun Wasekjen Demokrat Ramadhan Pohan memastikan tak ada pembicaraan mengenai lengsernya Anas pada malam itu.

Anas sendiri membantah hendak dinonaktifkan dari partai. Pembicaraannya dengan SBY saat di Cikeas adalah seputar bagaimana program-program partai ke depan. Sambil menyakinkan Demokrat tetap solid, Anas menyatakan isu kudeta itu adalah, "Hal yang tidak urgent."

Belum juga badai itu berlalu, Jumat 3 Januari 2012, KPK menetapkan Angie sebagai tersangka baru kasus suap Wisma Atlet. Namun, ada atau tidaknya perkembangan terakhir itu, sejumlah pengamat politik memprediksi Demokrat akan mengalami 'turbulensi' yang kian kencang. Bahkan, sebagian menilai partai besutan SBY itu akan hancur sebelum tahun 2014.

Adalah profesor politik dari Universitas Indonesia (UI), Iberamsjah, yang memprediksi 'kiamat' bagi Demokrat itu. Menurutnya, dengan terbongkarnya kasus korupsi elit-elit Demokrat ini, masyarakat tidak lagi percaya kepada partai berlambang mirip mercy tersebut. Akibatnya pada pemilu 2014 mendatang, Demokrat terancam ditinggalkan oleh para pemilihnya. "Masyarakat kan sekarang pintar, sudah tidak percaya lagi dengan Demokrat. Dan itu akan terus berlanjut. Makanya saya bilang 2014 akan hancur," katanya kepada majalah detik.

Hal senada juga disampaikan peneliti Charta Politika, Yunarto Wijaya. Menurut Yunarto, ia melihat posisi Demokrat kian terjepit. "SBY kan tak bisa lagi mencalonkan, maka tak salah kalau orang menganggap PD mengalami proses decline atau jatuh," kata Yunarto kepada majalah detik.

Nasib Demokrat juga dicemaskan oleh para kader Demokrat sendiri. "Naif kalau kami tidak merasakan kecemasan-kecemasan," kata anggota FPD I Gede Pasek Suardika kepada majalah detik.

Selamat tidaknya Demokrat berada di tangan SBY selaku Ketua Dewan Pembina. SBY harus mengambil tindakan tegas, mengutamakan proses hukum atau politik. Keduanya mempunyai risiko politik yang sama-sama dahsyat, namun harus dipilih.

"Selain itu, prahara yang melanda Demokrat akan mereda jika Anas legowo mengundurkan diri," kata Iberamsjah.
Quote:

sumber
PD makin hari makin suram..

ito2 17 Feb, 2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...