Bangun, Kerja lebih siang, Tidur Lebih Malam akibat Perubahan Zona Waktu?

[imagetag]

Belakangan ini marak dibicarakan mengenai kemungkinan pemerintah merubah zona waktu menjadi satu zona saja. Hal ini akan mengakibatkan keseluruhan wilayah Indonesia memiliki patokan ukuran waktu yang sama. Alasan yang mendasari rencana penetapan ini karena alasan ekonomis, diharapkan dengan penetapan ini ekonomi dapat mengalami peningkatan sebesar 20 persen dari PDB.

Ada beberapa hal yang hendak dicapai. Dengan adanya pemberlakuan semacam ini, operasionalisasi bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. Dunia bisnis jelas akan merubah kebiasaannya, jam operasional menjadi seragam dari ujung Indonesia Barat dan Timur. Dalam internal perusahaan, hal ini akan memudahkan koordinasi antar daerah. Operasionaliasi akan lebih cepat, bila diandaikan rata-rata jam operasionalisasi setiap kantor sebutlah 9 jam sehari dari jam 8 pagi sampai dengan 5 sore. Dengan zona yang berbeda, secara riil operasionalisasi antar kantor yang berbeda zona hanya dapat berlangsung selama 7-8 jam saja dipotong waktu istirahat. Hal ini akan menyulitkan bila kantor membutuhkan koordinasi secara cepat dan mendadak sementara kantor di zona waktu lainnya telah tutup.

Beberapa pengamat memperkirakan kebijakan ini akan memperlancar penyaluran kredit. Dalam kurun waktu tiga jam, penyaluran kredit dapat mencapai 100 milliar, dengan adanya penambahan waktu diharapkan penyaluran kredit berpotensi bertambah. Begitu pula dengan transaksi bursa efek. Kebijakan ini akan dapat menambah jumlah transaksi dan sekaligus memberi kesempatan pada investor Indonesia Timur untuk lebih aktif di bursa efek. Di sisi lain, perbedaan zona waktu dapat menimbulkan kerugian ekonomi contohnya industri pariwisata. Sebagai contoh Batam yang konon katanya setiap tahunnya kehilangan potensi sebesar 100 miliar dari transaksi hotel. Hal ini disebabkan karena wisatawan Singapura harus pulang lebih awal karena perbedaan waktu satu jam.

Perubahan zona waktu ini sebenarnya telah dilakukan beberapa negara. Indonesia sendiri telah melakukan perubahan sebanyak sembilan kali. Lima kali semasa penjajahan Belanda dan empat kali setelah kemerdekaan. Semua perubahan dikarenakan alasan ekonomis politis. Saat ini Rusia juga sedang melakukan perubahan zona waktu secara berlanjut dari awalnya 11 zona menjadi 9 zona dan saat ini sedang melakukan persiapan untuk perubahan menjadi 4 zona waktu.

Langkah paling ekstrim mungkin dilakukan oleh China yang menetapkan satu zona sejak tahun 1949. Titik yang menjadi patokan utama adalah kota Beijing. Namun di samping itu, beberapa daerah China memiliki zona waktu tidak resmi yang hanya berlaku di daerah tersebut. Sebenarnya pada tahun 1912 China memiliki 5 zona. Perubahan ini baru terjadi setelah perang saudara tahun 1949, dimana partai komunis yang berkuasa menetapkan satu zona untuk seluruh China.

Bila benar terjadi, perubahan zona waktu akan membawa dampak besar tidak hanya pada kehidupan bisnis namun juga pada perilaku masyarakat. Contohnya bila pemerintah menggunakan zona waktu dimana ibukota berada dengan kata lain WIB sebagai patokan utama penentuan waktu, hal ini akan "memaksa" masyarakat Indonesia Timur dan Tengah merubah pola kehidupannya. Masyarakat di dua zona ini akan bangun lebih siang dan tidur lebih malam lagi, begitu pula dengan kegiatan usaha dan bekerja atau bangun dan tidur dengan jam yang sama namun menggeser aktifitas bekerja dan beristirahat. Adaptasi perubahan pola hidup jelas akan memakan waktu dalam jangka pendek mungkin akan mempengaruhi produktifitas karena tidak terbiasanya masyarakat bekerja di jam-jam tersebut.

Tujuan yang hendak dicapai memang baik adanya namun hal ini perlu disikapi dengan hati-hati untuk mengantisipasi pertentangan dari masyarakat. Adaptasi juga perlu dilakukan dengan seksama agar output di masa depan benar mengalami peningkatan bukannya terjadi penurunan.

Artikel: http://the-marketeers.com/archives/b...ona-waktu.html

Ramkur 13 Mar, 2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...