Golkar-PKS Bagian dari Masalah
JAKARTA - Pakar komunikasi politik Bachtiar Ali melihat adanya kondisi politik yang tak sehat terkait penolakan rencana kenaikan BBM oleh Partai Golkar dan PKS. Sebagai anggota Setgab Koalisi pendukung pemerintah, sikap kedua partai itu dianggap ambivalen. Partai yang tadinya dianggap sebagai bagian dari pemerintah kini seolah menjadi bagian dari permasalahan (part of the problem) pemerintah.
Menurut Bachtiar, ada kesan Golkar dan PKS 'buang badan' dan ingin 'menyandera' Presiden SBY terkait kebijakan kenaikan harga BBM. "Kedua partai ingin memberi kesan populis dengan mengabaikan etika pemerintahan," ucap Bachtiar Ali, kemarin (30/3).
Selama ini, lanjut Bachtiar, statements yang dikeluarkan para petinggi partai Golkar dan PKS sering double bladed. Seharusnya, partai yang bergabung dalam koalisi merupakan bagian dari solusi masalah-masalah pemerintahan. Ini terlepas dari pro kontra soal rencana kenaikan harga BBM.
"Citra parpol yang demikian oportunistik membuat demokrasi di republik ini gagal mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto merasa bahwa demonstran belakangan ini cenderung semakin brutal dan massif. Ironisnya, polisi malah disudutkan. Media audio-visual, cenderung menempatkan polisi sebagai pihak yang memancing kekerasan.
"Ada upaya di media audio-visual untuk melakukan framing dalam pemberitaannya. Dramatisasi peristiwa sangat kental dari laporan media, apalagi pengulangan-pengulangan tayangan yang memancing emosi masyarakat," ungkapnya.
Padahal, kata dia, Polri berusaha menegakkan aturan main dalam memberi izin unjuk rasa, yakni sampai dengan pukul 17.00. Setelah itu, para demonstran harus membubarkan diri. "Nyatanya kebanyakan insiden terjadi karena demonstran tidak mau meninggalkan tempat setelah batas waktu berakhir," katanya.
http://www.indopos.co.id/index.php/a...i-masalah.html
-----------------
Yaaa ... sudah, jangan dipilih lagi dalam Pemilu yad. Jauhi saja untuk selamanya, jangan bergaul dengan kelompok itu lagi kalau bikin rusak tatanan hidyup berbangsa dan bernegara.
JAKARTA - Pakar komunikasi politik Bachtiar Ali melihat adanya kondisi politik yang tak sehat terkait penolakan rencana kenaikan BBM oleh Partai Golkar dan PKS. Sebagai anggota Setgab Koalisi pendukung pemerintah, sikap kedua partai itu dianggap ambivalen. Partai yang tadinya dianggap sebagai bagian dari pemerintah kini seolah menjadi bagian dari permasalahan (part of the problem) pemerintah.
Menurut Bachtiar, ada kesan Golkar dan PKS 'buang badan' dan ingin 'menyandera' Presiden SBY terkait kebijakan kenaikan harga BBM. "Kedua partai ingin memberi kesan populis dengan mengabaikan etika pemerintahan," ucap Bachtiar Ali, kemarin (30/3).
Selama ini, lanjut Bachtiar, statements yang dikeluarkan para petinggi partai Golkar dan PKS sering double bladed. Seharusnya, partai yang bergabung dalam koalisi merupakan bagian dari solusi masalah-masalah pemerintahan. Ini terlepas dari pro kontra soal rencana kenaikan harga BBM.
"Citra parpol yang demikian oportunistik membuat demokrasi di republik ini gagal mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto merasa bahwa demonstran belakangan ini cenderung semakin brutal dan massif. Ironisnya, polisi malah disudutkan. Media audio-visual, cenderung menempatkan polisi sebagai pihak yang memancing kekerasan.
"Ada upaya di media audio-visual untuk melakukan framing dalam pemberitaannya. Dramatisasi peristiwa sangat kental dari laporan media, apalagi pengulangan-pengulangan tayangan yang memancing emosi masyarakat," ungkapnya.
Padahal, kata dia, Polri berusaha menegakkan aturan main dalam memberi izin unjuk rasa, yakni sampai dengan pukul 17.00. Setelah itu, para demonstran harus membubarkan diri. "Nyatanya kebanyakan insiden terjadi karena demonstran tidak mau meninggalkan tempat setelah batas waktu berakhir," katanya.
http://www.indopos.co.id/index.php/a...i-masalah.html
-----------------
Yaaa ... sudah, jangan dipilih lagi dalam Pemilu yad. Jauhi saja untuk selamanya, jangan bergaul dengan kelompok itu lagi kalau bikin rusak tatanan hidyup berbangsa dan bernegara.
isn4in 31 Mar, 2012
