Up To You Mr. Presiden!

Presidenku, Doktor. Begitu juga wakilnya. Pembantu-pembantunya lebih paten lagi. Banyak yang profesor, minimal batok kepalanya. Mereka jebolan kampus-kampus ternama. Mulai dari kampus yang ada di Indonesia hingga Mancanegara.

Isi otak mereka ini macam-macam. Ada jago ekonomi, politik, hukum, militer, teknologi, kesehatan, sosial, psikologi, pertanian, perikanan, pertambangan, bangunan persekongkolan, korupsi bahkan ilmu cemeeh. Pokoknya, lengkaplah.

DPR ku juga sama. Tak ada yang tak jebolan kampus. Dan gelar mereka macam-macam.

Di kampus-kampus yang sangat banyak menjamur di negeri ini, juga demikian. Mulai dari kampus ternama hingga kampus-kampus yang nyempil di ruko-ruko. Profesornya banyak. Doktor dan magister tak terhitung. Kalau dikumpulkan semua, tak cukup bus antar lintas antar provinsi mengangkut mereka. Begitulah lantaran banyaknya.

Nah, mulai dari presiden hingga sarjana kampus tadi, tinggal di negeri kaya yang punya apa saja. Orang seberang bilang negeri ini bak permata mutumanikam, baak zamrud khatulistiwa. Dan banyak lagi istilah lain yang disematkan kepada negeri ini, yang membikin air liur, membanjir tumpah ke tanah.

Lantaran negeri kaya ini punya segudang orang-orang paten, sejatinya, rakyatnya sudah sejahtera aman sentosa, seperti yang dicita-citakan oleh pendiri negeri ini dalam torehan Undang-Undang Dasar 1945, yang sudah empat kali dipreteli penguasa.

Tapi yang sebenarnya terjadi? Negeri ini kayak tak punya ahli perencanaan wilayah. Sawah ladang berubah menjadi kota. Dan negeri ini macam tak punya ahli pertanian. Jangankan beras, kedelai, pisang, singkong pun harus dikirim dari negeri antah berantah.

Dan negeri ini kayak tak punya ahli bangunan. Jalan rusak di mana-mana. Bangunan-bangunan, kalau tak baling, cepat 'tua' pula.

Negeri ini macam tak punya ahli ekonomi. Sebab sedikit-sedikit, harta yang ada dijual ke mana-mana. Mau tambang, hutan, pulau. Tak ada lagi yang murni milik bumi pertiwi. Sudah kongsi dengan bangsa lain.

Sekali lagi, di Negeri ini macam tak punya ahli matematika. Sebab yang namanya anggaran, nyaris tak ada yang 1+1= 2. Tapi sudah menjadi 4,6,8 hingga suka-suka.

Kemana profesor, doktor dan magister tadi? Kemana mereka hingga rakyat negeri ini jadi megap-megap? Megap-megap oleh himpitan ekonomi, perampasan hak, tekanan asing, hingga terlalu jamak rakyat menjadi orang asing di negeri sendiri.

Masya Allah, telah lebih berharga orang asing yang mengaku-ngaku mencari suaka dibanding rakyat sendiri.

Menangis pendiri Negeri ini di dalam kubur melihat ini semua. Melihat bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila tak lebih dari sebundel tulisan pengantar tidur si tuan polan.

Kemana profesor, doktor dan magister tadi? Hingga terlalu bebas si tuan Jepang, Korea dan Eropa mencekoki rakyat Negeri ini dengan teknologinya. Hingga di negeri tumpah darah ini, orang asing terlalu bebas jualan minyak dan apa saja.

Tuan presiden, ada baiknya Anda jujur sejujur-jujurnya tentang alasan Anda menaikkan harga BBM. Sebab jujur akan lebih baik bagi orang timur yang dikenal santun dan beretika.

Selain lantaran tak ada batasan produksi dan penjualan kendaraan di negeri ini, apa lagi yang menjadi alasan Anda menaikkan harga BBM itu, Tuan? Kalau lantaran keuangan negara ini terbebani, kenapa malah Anda memunculkan pengeluaran baru yang lebih menguras kocek negara?

Anda berniat menaikkan harga BBM demi menghemat Rp 18,7 triliun. Tapi oleh kenaikan BBM itu, Anda kemudian musti menguras kocek yang lebih besar. Sebanyak Rp 25,6 triliun untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). Lalu Rp 5 triliun untuk angkutan umum. Hitung-hitungan penghematan apa ini Tuan?

Anak kecil saja tahu hitung-hitungan semacam itu justru membikin negara makin tekor. Sebab Anda ingin menghembat Rp 18,7 triliun. Tapi ulah penghematan itu Anda justru merogoh kocek Rp 30,6 triliun. Ini belum termasuk tekor oleh dampak kenaikan BBM itu.

Ups, I am sorry Mr. Presiden, saya khilaf. Tadi sudah saya sebut bahwa di negeri ini tak ada ahli meski profesor, doktor dan magisternya berjubel. So, it's Up to You...Lantak lah!

http://katakabar.com/editorial/edito...ou-mr-presiden

colossuzz 15 Mar, 2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...