Kisah Perempuan Ojek Dikepung Lumpur

Lima tahun sudah Harwati mangkal di atas tanggul di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak pukul 7 pagi hingga pukul 7 malam. Ia melayani ojek berkeliling tanggul dengan bayaran Rp 10-50 ribu per putaran. Perempuan 38 tahun ini tak membedakan apakah pengguna jasanya laki-laki atau perempuan. Kadang ia pulang dengan senyum karena memperoleh pendapatan, tapi tak jarang harus pulang dengan pilu karena tiada pemasukan.

Ngojek berkeliling tanggul Porong bukan tanpa risiko. Sesak napas dan tenggorokan kering kerap dialami Harwati karena menghirup bau dan asap semburan lumpur yang mengandung logam berat. "Bagaimana lagi, umur segini mau kerja di pabrik juga tidak diterima, Mbak," kata perempuan lulusan sekolah menengah atas ini.

Hidup Harwati berubah drastis sejak lumpur menyembur di Porong, Sidoarjo, pada 2006. Tak pernah tebersit di benaknya menjadi tukang ojek. Namun pekerjaan itu terpaksa ia lakukan, setelah suaminya meninggal karena kanker pada 2008. Sementara itu, janji PT Minarak Lapindo Jaya melunasi ganti rugi tak kunjung menjadi kenyataan. "Saya putus asa betul dan pergi ke tanggul untuk mengadu ke teman-teman, bagaimana cara dapat uang cepat," ujarnya.

Berbekal sepeda motor peninggalan suami, Harwati ngojek berkeliling tanggul. "Saya tulang punggung keluarga saat ini. Jadi pekerjaan apa pun saya kerjakan asal halal," ucapnya.

Sementara itu, Siti Mukaidah dari Renokenongo, mengatakan keluarganya tercerai-berai setelah semburan lumpur menerjang enam tahun silam. Empat tahun lamanya dia mengungsi di Pasar Baru Porong. Adapun pemerintah, yang berjanji memberi uang kontrak rumah dan biaya hidup selama enam bulan, ternyata cuma memberi biaya untuk sebulan. "Bohong kalau ada yang mengatakan kami menerima biaya hidup enam bulan," ujar guru TK ini.

Direktur Utama PT Minarak Lapindo Jaya, Andi Darussalam, menyatakan selalu berupaya menyelesaikan tanggung jawabnya. Untuk melunasi pembayaran rumah warga, dibutuhkan dana Rp 900 miliar, tapi Minarak baru memiliki Rp 400 miliar. "Sisanya akan dibayarkan mulai Juni tahun ini," katanya.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, kerugian ekonomi akibat luapan lumpur Lapindo per tahun mencapai Rp 33 triliun. "Ada hitungan dari Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Per tahun perekonomian kita rugi Rp 33 triliun," ujarnya. Kerugian ini, menurut Soekarwo, terjadi akibat kemacetan panjang yang selalu terjadi di kawasan Porong, Sidoarjo.



SUMBEEER


apapun dilakukan demi bisa bertahan hidup...
:malu
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...