Merajai Thomas dan Uber, Raket Li-Ning Mendunia dan Mengancam dominasi Yonex

Quote:

Merajai Thomas dan Uber Cup, Raket Made in China Mendunia
Suhendra - detikfinance
Senin, 28/05/2012 08:23 WIB


Jakarta - Keberhasilan China menyabet sekaligus Piala Thomas dan Uber Cup 2012 dibarengi dengan kesuksesan Negeri Tirai Bambu tersebut di sektor industri alat olahraga dan apparel. Misalnya produk raket made in China merek Li-Ning kini sudah mendunia.

Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni) Irwan Suryanto mengatakan sudah sepatutnya Indonesia memetik pelajaran dari China. Bagaimana China tetap berprestasi dengan didukung dengan peralatan olahraga buatan mereka sendiri.

"Ini sebagai pelajaran bagi kita, ternyata China bisa jadi juara dengan produk mereka sendiri," kata Irwan kepada detikFinance, senin (28/5/2012)

Irwan mengatakan kunci keberhasilan China membangun sektor olahraga dan industri peralatan olah raga tak terlepas dari dukungan pemerintahnya dan kesadaran masyarakatnya menggunakan produk dalam negeri. Menurutnya kini merek peralatan olahraga seperti Li-Ning sudah terkenal bukan hanya di China tetapi sudah mendunia.

"Orang China bangga pakai produk mereka sendiri," katanya.

Menurutnya produk olahraga buatan China kini sudah setara dengan produk-produk terkenal yang sudah mendunia. Bahkan persaingan dengan merek-merek terkenal tak bisa dihindari seperti Nike, Adidas, bahkan Yonex khusus untuk alat raket badminton.

"Pemerintah China sangat mendukung industri peralatan olahraganya, waktu Olimpiade di Beijing lalu, 90% peralatan olahraganya sudah pakai buatan mereka sendiri yang sudah disertifikasi internasional," jelas Irwan.

Menurut Irwan, salah satu dukungan pemerintah China terhadap industrinya antara lain, pemerintah China mendorong industri alat olahraganya bersertifikasi internasional. Pemerintah di sana rela merogoh anggaran atau menanggung untuk royalti dan lisensi produk bagi para industrinya.

"Tetapi pemerintahnya ngasih syarat, si industri harus meningkatkan kualitas produknya, sehingga pengusaha di sana berlomba-lomba membuat produk yang terbaik," katanya.

Bagaimana dengan di Indonesia? menurut Irwan kondisi berlawanan justru terjadi. Industri alat olahraga dalam negeri termasuk raket, bola dan lain-lain masih jauh dapat dukungan penuh pemerintah. Sehingga tak heran hingga kini belum ada produk olahraga seperti raket di Indonesia yang bisa dibanggakan.

"Yang saya tahu ada di Malang, masih sebagian impor, bukan 100% buatan Indonesia," katanya.



(hen/dnl)
http://finance.detik.com/read/2012/0...china-mendunia
Quote:

Raket Li-Ning Ancam Gerus Pasar Yonex di Indonesia
Suhendra - detikfinance
Senin, 28/05/2012 12:00 WIB


Jakarta - Penetrasi produk China untuk peralatan olahraga di Tanah Air semakin gencar. Misalnya di bidang bulutangkis, produk raket merek Li-Ning mulai masuk Indonesia.

Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Indonesia Amir Karamoy mengatakan dalam 3-4 bulan ke depan, Li-Ning akan membuka gerai-gerai khusus produk mereka, mulai dari sepatu, kaos, bola, raket dan lain-lain.

Produsen alat olahraga yang namanya diambil dari pemiliknya yang mantan atlet senam China ini akan mengembangkan konsep waralaba untuk gerainya di Indonesia. Amir memperkirakan masuknya Li-Ning dengan konsep waralaba akan membawa persaingan yang ketat di bisnis alat olahraga terutama untuk produk raket bulutangkis.

"Mereka juga sudah ekspor ke AS, bersaing dengan Yonex, Nike, Adidas. Saya rasa mereka juga sangat bisa menyaingi produk serupa seperti Yonex di Indonesia, karena harganya kompetitif. Pastinya bisa mengalahkan pemain lama," kata Amir kepada detikFinance, Senin (28/5/2012)

Amir mengatakan di China, gerai Li-Ning sudah berkembang sedikitnya 1.000 gerai. Bahkan di Amerika Serikat, Li-Ning telah memiliki pabrik sendiri, produk mereka juga sudah masuk Eropa. "Harganya lebih murah dengan kualitas sedikit lebih bagus dari kompetitor," jelas Amir.

Menurutnya, selain mendorong Li-Ning mewaralabakan gerainya, ia telah meminta manajemen Li-Ning untuk mempertimbangkan membangun pabrik di Indonesia. Hal ini dipastikan akan semakin membuat daya saing produk Li-Ning.

"Makanya saya sedang membujuk agar dia bangun pabrik di Jakarta, buka saja pabrik di Jakarta," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni) Irwan Suryanto mengatakan belakangan ini Li-Ning semakin menancapkan penetrasinya dengan membuka agen penjualannya di Jakarta. Meskipun ia mengakui penguasaan pasar produk olahraga seperti raket asal Jepang yaitu Yonex masih cukup besar menguasai pasar raket Indonesia.

"Kalau sekarang pasar masih dikuasai Yonex, bisa sampai 80%," katanya.

Irwan menambahkan mengenai pangsa pasar raket buatan dalam negeri saat ini masih terbatas, beberapa mantan atlet sudah memproduksi raket lokal seperti raket ASTECH yang merupakan singkatan dari Alan Budikusuma-Susi Susanti Technology.

Sementara itu pemain senior bulutangkis lainnya Ivana Lie juga pernah membuat raket. Sayangnya produk-produk raket buatan dalam negeri tidak berkembang karena kalah saing dengan raket impor dan bermerek.

Raket Li-Ning menjadi fenomenal pada ajang kompetisi bulutangkis dunia Thomas dan Uber Cup pekan lalu. Tim China yang memakai raket Li-Ning berhasil menyabet dua piala sekaligus.


(hen/dnl)
http://finance.detik.com/read/2012/0...x-di-indonesia
Quote:

Harga Satu Raket Li-Ning Made in China Tembus Rp 10 Juta
Wiji Nurhayat - detikfinance
Senin, 28/05/2012 13:30 WIB


Jakarta - Anggapan produk China selalu berkualitas buruk dan berharga murah nampaknya tak terlalu tepat. Misalnya harga produk raket bulutangkis merek Li-Ning bahkan bisa mengalahkan harga raket terkenal buatan Jepang seperti Yonex.

"Bahkan harga raket Li-Ning harganya bisa tembus Rp 10 juta, sementara kalau Yonex paling tinggi Rp 5-9 juta itu pun sudah paling hebat," kata seorang penjaga Toko Buku Gramedia Mal Sunter, Jakarta Utara, kepada detikFinance, Senin (28/5/2012)

Ia mengatakan meski raket Li-Ning buatan China, namun secara kualitas cukup bisa bersaing dengan kompetitornya seperti Yonex. Bahkan dari sisi harga, raket Li-Ning justru lebih tinggi harganya.

"Kualitas Li-Ning lebih bagus daripada Yonex, dan efektivitas smash lebih kencang dari Yonex," tegas petugas penjualan itu.

Sebagai gambaran, harga raket Yonex Standar di toko Gramedia Sunter untuk kelas carbonex dan Isometrik tekanan senar 17-22 harganya Rp 499.000-990.000 per unit.

Sementara itu raket Li-Ning tipe UC 3200 bahan carbon dibanderol Rp 599.000, dengan spesifikasi senar atas tekanannya 20-24, tekanan senar miring 22-26

Untuk segmen raket kelas, teratas berbahan material titanium, Yonex armotec dan acsaber dengan tekanan 26-28 dibanderol Rp 1,5-2 juta. Sementara untuk Li-Ning tipe N90, harganya Rp 2,1 juta dengan tekanan senar 26-28.

Meski demikian, produk raket buatan China juga ada yang masuk segmen kelas bawah. Seperti penelusuran detikFinance di toko Ace Hardware, raket buatan China merek Sporty-K harganya hanya Rp 100-200.000, full carbon, harga termahal Rp 400.000.

"Orang yang beli Li-Ning sedikit banget, tapi yang beli Yonex nggak terhitung, karena juga buatan Jepang," kata penjaga toko Gramedia itu

Raket Li-Ning menjadi fenomenal pada ajang kompetisi bulutangkis dunia Thomas dan Uber Cup pekan lalu. Tim China yang memakai raket kebanggannya, bermerek Li-Ning berhasil menyabet dua piala sekaligus.


(hen/dnl)
http://finance.detik.com/read/2012/0...bus-rp-10-juta

raket buatan susi dan alan gimana kabarnya?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...