'Pakar' Penerbangan Baru, Roy Suryo: "Tak Ada Pelontar Kursi di Kokpit Sukhoi"

Roy Suryo: Tak Ada Pelontar Kursi di Kokpit Sukhoi
Minggu, 13 Mei 2012 17:14 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu bahwa pilot Sukhoi Superjet 100 yang dikabarkan tergantung pada sebuah pohon lengkap dengan parasut dibantah pakar telematika Roy Suryo. Menurut anggota DPR dari Partai Demokrat itu, tak ada kursi pelontar (ejecting seat) di pesawat komersil yang diproduksi Sukhoi. "Kami mengerti betul spesifikasi teknis pesawat komersil Sukhoi. Yang jelas dalam kokpit tidak ada ejecting seat. Saya berharap teknologi informasi itu tidak digunakan untuk kabar-kabar tidak benar. Tapi bagaimana proses selanjutnya saya serahkan ke kepolisian," jelas Roy Suryo di RS Sukanto Polri, Jakarta, Minggu (13/5/2012).

Hal senada juga diungkapkan Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar. Ia mengatakan bahwa dari 21 kantong jenazah yang berada di RS Polri, 18 kantong jenazah dan tiga kantong properti berisi pakaian, perhiasan dan id card."Tiga kantong properti itu belum diurai, kami juga belum dapat memastikan bahwa itu jasad sang pilot," kata Boy.
http://id.berita.yahoo.com/roy-suryo...101607313.html

Quote:

Jasad Pilot Sukhoi Ditemukan Dekat Parasut
"Kan kalau pilot itu pasti dipersiapkan parasut," kata dia.
Minggu, 13 Mei 2012, 06:18 WIB

VIVAnews - Anggota Korps Pasukan Khusus (Kopassus), menemukan satu jenazah yang diduga kuat pilot pesawat Sukhoi Superjet 100, Alexander Yablontsev. Jasad pilot senior yang memiliki lebih dari 14 ribu jam terbang itu ditemukan di dasar lembah Gunung Salak. Tubuhnya tersangkut di atas pohon.

Salah satu anggota Tim Charlie, Sersan Satu Abdul Haris, mengatakan bahwa jenazah itu diduga pilot karena ada parasut yang juga tersangkut di pohon. "Kan kalau pilot itu pasti dipersiapkan parasut," kata dia di sekitar lokasi jatuhnya pesawat, Curug Nangka, Bogor, Sabtu 12 Mei 2012.

Indikasi kedua, yakni wajah yang masih dapat dikenali dengan rambut dan warna kulit yang berbeda dengan warna kulit orang Indonesia. "Kulitnya putih. Itu orang bule, bukan orang Indonesia," kata dia.

Menurut Haris, kondisi jasad tersebut sudah hancur di beberapa bagian tubuhnya, namun masih berbentuk. Selain itu, ia juga menemukan identitas di dompet yang ada di saku celananya atas nama Alexander Yablontsev.

Untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat, tim baret merah itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena sebelum mencapai dasar lembah, matahari pun sudah terbenam. "Kami sampai atas tebing itu jam empat sore. Makanya pas rappeling itu, sudah gelap," kata Haris.

Karena tak mau mengambil risiko memaksakan terus turun, sementara naik ke atas secara fisik sudah tak kuat, maka Haris pun bermalam di tebing itu dengan cara bergelantungan pada seutas tali sling. "Sudah kaya kera, kita tidur bergelantungan," ujar Haris. Tim saat itu hanya membawa sekitar 50 meter tali untuk menuruni tebing. Sementara kedalaman dari puncak tebing menuju lembah diperkirakan mencapai 500 meter.

Sampai akhirnya tim berhasil membuka jalur menuju tebing yang menjadi titik jatuhnya pesawat. Tim lalu menurunkan jasad tersebut dari pepohonan dan memasukannya ke kantung jenazah yang telah dibawa sebelumnya. Jasad dibawa melalui jalur darat dengan menyusuri aliran sungai di Curug Cinangka. Perlu waktu sekitar 4-5 jam untuk mencapai titik transit evakuasi korban di Koramil setempat untuk selanjutnya dibawa ke pangkalan helikopter, Cijeruk dan diterbangkan ke Halim Perdanakusuma.
http://nasional.lintas.me/go/nasiona...dekat-parasut/
-------------------

Selamat atas prestasi om Roy yang kini nambah sebuah professi lagi, "pengamat" dunia penerbangan!

:beer:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...