Sisi Menarik Tugas Polisi (yang baik)

Antara Kantuk dan Tugas Patroli di Pagi Hari

Jarum jam masih menunjukkan pukul 02.00 pagi. Mengantuk, itu sudah pasti. Dimana orang-orang pada jam tersebut sedang nyenyak-nyenyaknya dan bertualang dengan mimpi yang indah atau mimpi buruk.

Namun, pada jam itulah (02.00-05.00) kami harus melakukan patroli, tujuannya tidak lain, untuk menjaga situasi tetap aman dan masyarakat tidak meringis atau menggerundel ketika bangun pagi harta bendanya sudah tidak berada di tempatnya dan disibukkan dengan membuat laporan ke kantor polisi.

Pagi itu, kami kembali lagi melaksanakan tugas patroli. Saya membagi rute anggota, satu rombongan ke arah Jalan Ratna, satu rombongan ke arah Jatirasa dan saya sendiri mengambil arah rute ke Jatisari.

Di tengah terpaan kantuk, tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran anggota saya, mungkin mereka gerundel, sebel atau ah…saya tidak peduli, yang jelas mereka harus melaksanakan tugasnya. Saya perintahkan kanit intel menjadi pengendali dan memimpin anggota untuk menyusuri jalan-jalan yang ada di wilayah Jatiasih, wilayah yang sudah saya pimpin lebih kurang 18 bulan lamanya dan sudah 4 kali kejadian perampokan. Ah…setiap kali terjadi ekor lima (istilah di kepolisian), wah rasanya seperti diterpa badai, merasa bersalah, berdosa, namun tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa berkata-kata. Belum lagi teman-teman wartawan yang tidak henti-hentinya mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari kronologis kejadian, kerugian, korban. Wah, puyeng tujuh keliling. Nah, ditambah lagi ni, kalau Bapak Kapolres mood-nya lagi rendah. Wah, ampun diomelin. ''Kan sudah saya bilang, lakukan patroli!"

Wilayah yang begitu luas dan jumlah masyarakat yang begitu banyak, rasanya mustahil dapat memberikan rasa aman dan tertib kepada masyarakat. Untungnya masyarakat Jatiasih banyak yang mau ambil bagian dalam membantu tugas-tugas kepolisian, terima kasih Pokdar, terima kasih FKPM, terima kasih para Hansip yang selalu menyusuri perumahan untuk melakukan patroli dan memberikan informasi kepada kami kepolisian.

Kembali lagi pada pagi itu, saya bangunkan anggota saya bernama ''Ohan" asal Majalengka, punya semangat yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tidak pernah mengeluh di depan saya, tidak tahu kalau di belakang. Pagi itu dan seperti pagi-pagi sebelumnya, kami selalu melakukan patroli menyusuri jalan-jalan di Jatiasih yang sepi dan hanya terlihat warnet dan minimarket yang buka 24 jam dengan motor yang terparkir tidak beraturan dan sesekali berpapasan dengan penjual nasi goreng yang kurang beruntung, karena sampai jam tiga pagi dagangannya belum habis terjual.

Dengan menyusuri Jalan Wibawa Mukti ke arah Jatisari yang sepi. ''Han, kira-kira kalau kita berhasil menangkap pelaku 365, enaknya kita apakan ya, Han?" tanya saya kepada anggota.

''Kita beri aja langsung, Ndan. Gak usah dikasih peringatan lagi."

''Emang kamu berani, Han?"

''Yahhhh…beranilah, Ndan." Ya, itulah jawaban anak buah saya asal Majalengka yang konon katanya di kampungnya hanya dia yang jadi polisi.

Dalam obrolan itu, kami melintas di depan restoran Aquarium Resto milik Pak Arif Ontowiryo, yang kalau anggota Polsek makan dengan berpakaian dinas dikasih gratis, karena beliau adalah pensiunan polisi. Di depan restoran itu, ada satu unit mobil kijang Innova warna hitam sedang parkir. ''Han, ngapain ya mobil itu pagi-pagi begini parkir di situ?"

''Tidur kali, Ndan." Kami terus melintas. Namun, hati kecil saya terus bertanya-tanya,

''Kenapa kijang Innova parkir di situ? Jangan-jangan pelaku yang nyatronin rumah makan Pak Arif. Lah, kalau pelaku kan biasanya pakai mobil Avanza, loh kok ini Innova?" Ah, daripada penasaran, ''Han, balikkan ke mobil tadi!" Ohan, anak buah saya langsung memutar kemudi berbalik arah ke lokasi dimana mobil innova hitam tadi sedang parkir.

Sesampainya di lokasi, saya katakan kepada Ohan, ''Samperin, Han! Tapi hati-hati, jangan-jangan dia pelaku dan kamu nanti dibedil sama dia." Mengendap-endap, Ohan menyambangi mobil tersebut dan ternyata di dalam mobil ada seorang laki-laki yang sedang duduk rebahan. Dengan percaya diri, Ohan mengetuk jendela. Mungkin karena Ohan pakai rompi anti peluru dan menenteng senjata revolver kebanggaannya, jadi PD-nya bertambah, ''Nunggu siapa, Pak?" Ohan bertanya. Jawab laki-laki tersebut, ''Nunggu penumpang, Pak. Saya kecapean. Jadi, saya istirahat di sini sebentar."

''Loh, Pak jangan istirahat di sini, di BKPM aja lebih aman!" kata Ohan dengan polosnya.

Kemudian, si Ohan menanyakan apakah ada surat-surat mobil tersebut dan identitas lainnya. Pada waktu Ohan menanyakan ini dan itu, saya dari dalam mobil langsung mengecek ke 1717 nomor plat mobil tersebut, ''Meniru gaya polisi-polisi Amerika." Saya ketik metro 2345IB, langsung dijawab oleh operator yang sudah di-setting komputer. ''Mohon maaf, nomor polisi tersebut sampai saat ini belum terdaftar di sistem kami. Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi TMC Polda Metro Jaya." Nah lo, berarti mobil ini bodong. Saya langsung turun dari mobil dan memerintahkan kepada Ohan, ''Han, bawa ke polsek!" ''Siap, Ndan. Tapi kenapa, Ndan?" ''Ah, banyak tanya pula kau ini. Mobil ini bodong." ''Tapi ada STNK-nya, Ndan." ''Ih, banyak kali kau tanya, aku udah cek ke 1717 dan mobil ini gak terdaftar." ''Oh, gitu ya, Ndan?" langsung si Ohan mengatakan kepada laki-laki itu, ''Pak, ini sebenarnya mobil siapa?" ''Mobil bos saya, Pak. Dia ada di Bandung dan menyuruh saya untuk jemput tamunya di Jatiasih untuk dibawa ke Bandung. Karena ngantuk, saya istirahat dulu di sini." ''Tamunya ada dimana?" ''Di Jatiasih, Pak. Saya disuruh nunggu di pintu tol." Nah lo, sudah salah ini orang. Pintu tol dimana, dia parkir dimana. Saya tanyakan kepada laki-laki itu, ''Emang pintu tol ada dimana, Pak?" Dia tidak bisa menjawab. Wah, ini tidak benar ini orang. ''Ya sudah, kalau begitu boleh gak kami geledah mobilnya?" ''Silakan, Pak. Tapi, jangan lama-lama ya, Pak, karena saya udah mau pergi jemput tamu bos saya." (bersambung)

Waduhhh ... agak ribet juga ya..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...