Superjet 100, Harapan Penerbangan Sipil Rusia

[imagetag]
KOMPAS.com — Sukhoi Superjet 100 merupakan merek baru pesawat penumpang yang dibangun Rusia dalam upaya membangkitkan kembali industri penerbangan sipil pasca-Soviet.

Superjet 100 ini mengawali penerbangan komersial pertamanya tahun lalu. Kecelakaan Superjet 100 di Indonesia ini merupakan yang pertama bagi pesawat komersial Sukhoi.

Pesawat ini menjadi harapan Rusia untuk menjadi salah satu pemain utama di pasar penerbangan modern. Juga demi memperbaiki citranya mengingat banyaknya kecelakaan yang melibatkan pesawat tua buatan era Uni Soviet.

Superjet 100 yang hilang di Indonesia ini merupakan bagian dari Asian Roadshow, tur promosi di enam negara Asia, yakni Indonesia, Kazakhstan, Paksitan, Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Sebuah kecelakaan bakal menjadi pukulan berat bagi Rusia yang sangat berharap Sukhoi menjadi pesawat yang digunakan di banyak negara di dunia.

Disebutkan, pesawat jenis ini mampu mengangkut 98 penumpang dan mampu menjelajah hingga jarak 3.048 kilometer untuk versi dasar, atau 4.578 kilometer untuk versi pesawat jarak jauh, dengan ketinggian terbang hingga 12.200 meter. Pesaingnya adalah Embaer (Brasil) dan Bombardier (Kanada).

Sampai saat ini baru dua maskapai yang menggunakan Superjet 100, yakni Aeroflot (Rusia) dan Armavia (Armenia). Meskipun demikian, sejumlah maskapai sudah memesannya. Penerbangan pertamanya dioperasikan oleh Armavia pada April 2011, disusul Aeroflot beberapa bulan kemudian.

Tur promosi ini dimulai pada 3 Mei di Kazakhstan, di mana Presiden Nursultan Nazarbayev meninjau pesawat. Disusul dengan Pakistan. Dari Indonesia, tur rencananya akan berlanjut ke Laos dan Vietnam.

Sampai insiden terakhir ini, Indonesia seharusnya menjadi salah satu klien terbesar Sukhoi untuk jenis Superjet 100 ini.

Pada Agustus 2011, PT Sky Aviation (Indonesia) setuju untuk membeli 12 pesawat. Sebelumnya, pada 2010, Kartika Airline akan membeli 30 Superjet 100. Pengiriman untuk kedua maskapai Indonesia itu dimulai tahun ini.

Proyek Superjet 100 merupakan kerja sama antara Sukhoi dan Alenia Aeronautica (Italia), yang merupakan bagian dari raksasa pertahanan dan penerbangan Finmeccanica.

Sebelum peristiwa yang menimpa Superjet 100 di Indonesia ini, terjadi sejumlah insiden kecil yang menimpa Sukhoi milik Aeroflot, yang mendapat tekanan besar dari pemerintah untuk menambah armadanya dengan pesawat buatan dalam negeri.

Tiga hari lalu, sebuah Superjet 100 tergelincir keluar jalur pacu saat mendarat di Kazan, Rusia tengah. Tidak seorang pun cedera dalam insiden tersebut. Sementara itu pada Maret, satu pesawat mendarat sebelum mencapai bandara tujuan karena ada masalah dengan roda pesawat.

Sukhoi pertama Aeroflot juga sempat tidak diterbangkan selama beberapa pekan setelah pengiriman karena ada masalah dengan alat pendingin ruangan. Pada Desember lalu terjadi masalah pada chassis sehingga pesawat itu terpaksa terbang tanpa penumpang dari Minsk ke Moskwa.

http://internasional.kompas.com/read...an.Sipil.Rusia

Kesalahan terbesar adalah memberi izin kepada pilot atau unit untuk menurunkan ketinggian dari 8000 feet lebih menjadi 5500 feet di daerah pegunungan ini pesawat bukan pesawat manual .. pesawat yang di operasikan melalui wire yang artinya segala sesuatunya terkendali oleh radar dan menara ... dalam kondisi darurat pun pilot tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan pribadi harus mengikuti prosedur tower ... well RIP buat yang menjadi korban buat Team Aviation mana pun jadikan pelajaran.

tupacamaru 10 May, 2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...