JAKARTA, KOMPAS.com - Utang pemerintah pusat per April 2012 untuk mendanai pembangunan selama enam tahun ini sudah mencapai posisi Rp 1.859,43 triliun atau 202,55 miliar dollar AS.
Dari total Rp 1.859,43 triliun selama 2007-2012, total utang paling besar tercatat berasal dari penerbitan surat berharga sebesar Rp 1.246,66 triliun. Sebagain besar adalah penerbitan surat berharga berdenominasi rupiah senilai Rp 1.033,17 triliun dan sisanya berdenominasi valuta asing.
Adapun utang yang berasal dari pinjaman luar negeri yang berasal dari multilateral, bilateral, komersial dan lainnya mencapai Rp 611,66 triliun atau 66,63 miliar dollar AS, dan pinjaman dalam negeri baru mencapai Rp 1,11 triliun.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Kuangan Rahmat Walyanto saat dikonfirmasi Kompas di Jakarta, Senin (7/5/2012).
"Meskipun total nominal utang bertambah, akan tetapi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) terus turun. Kalau pada tahun 2007 lalu mencapai 35,1 persen, maka pada tahun 2012 ini turun menjadi 23,9 persen," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, tambahan tahun 2004-2008 justru menghasilkan tambahan PDB yang jauh lebih besar sehingga rasio utang menurun tajam dari 57 persen akhir tahun 2004 dan diproyeksikan menjadi sekitar 32 persen pada akhir tahun 2009 atau menjadi lebih baik dari sebelum krisis 1997 yang sebesar 38 persen.
"Realisasi rasio utang terhadap PDB pada akhir tahun 2009 justru malah turun menjadi 28 persen," tambahnya lagi.
Rahmat mengatakan, turunnya rasio utang terhadap PDB pemerintah Indonesia, juga lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang digolongkan non investment grade peer group seperti Negara Argentina dan Turki.
"Bahkan, boleh dibilang lebih baik dari Amerika Serikat, Inggeris, Jepang dan Italia," lanjut Rahmat sambil mengirimkan buku saku Perkembangan Utang Negara, April 2012
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...859.43.Triliun
kalau dibagi jumlah penduduk indonesia kebagian berapa ya per orang??
Dari total Rp 1.859,43 triliun selama 2007-2012, total utang paling besar tercatat berasal dari penerbitan surat berharga sebesar Rp 1.246,66 triliun. Sebagain besar adalah penerbitan surat berharga berdenominasi rupiah senilai Rp 1.033,17 triliun dan sisanya berdenominasi valuta asing.
Adapun utang yang berasal dari pinjaman luar negeri yang berasal dari multilateral, bilateral, komersial dan lainnya mencapai Rp 611,66 triliun atau 66,63 miliar dollar AS, dan pinjaman dalam negeri baru mencapai Rp 1,11 triliun.
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Kuangan Rahmat Walyanto saat dikonfirmasi Kompas di Jakarta, Senin (7/5/2012).
"Meskipun total nominal utang bertambah, akan tetapi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) terus turun. Kalau pada tahun 2007 lalu mencapai 35,1 persen, maka pada tahun 2012 ini turun menjadi 23,9 persen," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, tambahan tahun 2004-2008 justru menghasilkan tambahan PDB yang jauh lebih besar sehingga rasio utang menurun tajam dari 57 persen akhir tahun 2004 dan diproyeksikan menjadi sekitar 32 persen pada akhir tahun 2009 atau menjadi lebih baik dari sebelum krisis 1997 yang sebesar 38 persen.
"Realisasi rasio utang terhadap PDB pada akhir tahun 2009 justru malah turun menjadi 28 persen," tambahnya lagi.
Rahmat mengatakan, turunnya rasio utang terhadap PDB pemerintah Indonesia, juga lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang digolongkan non investment grade peer group seperti Negara Argentina dan Turki.
"Bahkan, boleh dibilang lebih baik dari Amerika Serikat, Inggeris, Jepang dan Italia," lanjut Rahmat sambil mengirimkan buku saku Perkembangan Utang Negara, April 2012
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...859.43.Triliun
kalau dibagi jumlah penduduk indonesia kebagian berapa ya per orang??
niapra 07 May, 2012
