Di Negeri ini, Orang Miskin Tak Bisa Lanjut Studi, meski Peraih Nilai UN Tertinggi

[imagetag]
Mutiarani


Peraih Nilai UN Tertinggi Gagal Dapat Beasiswa
RABU, 06 JUNI 2012 | 13:21 WIB

TEMPO.CO, Semarang - Siswi SMKN 2 Kota Semarang yang meraih nilai tertinggi dalam ujian nasional, Mutiarani, tak lolos dalam seleksi program beasiswa Bidik Misi. Mutiarani mendaftarkan diri dalam program Bidik Misi di Universitas Negeri Semarang untuk jurusan akuntansi. "Saya sudah dikabari. Pihak sekolah yang mengabarkan saya tak lulus program Bidik Misi," kata Mutiarani kepada Tempo, Selasa, 6 Juni 2012.

Karena tak lolos program beasiswa itu, kini Mutiarani belum dapat memastikan apakah akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi atau tidak. Ketiadaan dana menjadi alasan utamanya. "Soalnya, masalah biaya ini bukanlah hal yang mudah," kata dia. Saat ini Mutiarani masih berembuk dengan ibu serta keluarganya.

Beasiswa Bidik Misi adalah program yang dicanangkan pemerintah sejak 2010. Melalui program tersebut pemerintah memberi bantuan pembiayaan bagi calon mahasiswa berprestasi yang tidak mampu secara ekonomi. Setiap penerima beasiswa mendapat Rp 6 juta per semester untuk menutupi biaya kuliah di perguruan tinggi negeri. Beasiswa itu terus diberikan hingga semester delapan masa kuliah. Anggarannya sekitar Rp 8 triliun.

Juru bicara Universitas Negeri Semarang Sucipto Hadi Purnomo membenarkan Mutiarani tak lolos Bidik Misi melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sucipto menyatakan SNMPTN jalur undangan tak didasarkan pada nilai ujian nasional, tapi didasarkan pada kompilasi nilai rapor dan prestasi-prestasi lain. "Ketika didasarkan pada nilai rapor, Mutiarani tak selalu peringkat satu," kata dia.

Sucipto menyatakan Mutiarani tak mungkin direkrut di Unnes melalui jalur Bidik Misi karena penilaian dari nilai rapor dan prestasi lain peringkatnya tak berada di atas. "Ukuran nilai ujian nasional dan ukuran nilai rapor memang berbeda," kata Sucipto.

Mutiarani merupakan siswa SMKN yang memperoleh nilai tertinggi dalam ujian nasional tahun ini. Semua nilai ujian remaja putri yang tinggal di Setuk, RT 6 RW 4 Pudakpayung, Kota Semarang itu di atas sembilan. Nilai bahasa Indonesia 9,8, bahasa Inggris 9,8, matematika 10, kompetensi akuntansi 9,0, sehingga kalau ditotal 38,60. Sedangkan nilai di sekolah adalah 36,34 dengan pemerincian nilai bahasa Indonesia 9,02, bahasa Inggris 9,10, matematika 9,19, serta kompetensi keahlian 9,03. Jika dua nilai itu dikombinasikan dengan formula 60:40, nilai akhir Mutiarani adalah 37,70 dengan pemerincian nilai bahasa Indonesia 9,5, bahasa Inggris 9,5, matematika 9,7, serta kompetensi keahlian 9,0.

Secara ekonomi, Mutiarani masuk dalam ketegori siswa miskin. Dia berasal dari keluarga pas-pasan. Ayahnya, Juwarto, seorang kuli buruh yang meninggal dunia pada 2007 lalu karena sakit. Sedangkan ibunya, Sutarmi, 58 tahun, sehari-hari hanya bekerja sebagai pembantu serabutan di rumah tetangganya. Upah yang didapatkan Sutarmi hanya Rp 150 ribu per pekan atau Rp 600 ribu per bulan. Mutiarani merupakan anak bungsu dari tiga saudara. Kini, di rumahnya ia tinggal bersama ibu dan dua kakaknya yang juga semua perempuan.
http://www.tempo.co/read/news/2012/0...Dapat-Beasiswa


Peringkat I Nasional UN SMK, Mutiarani Berharap Bisa Kuliah
26 Mei 2012 | 21:07 wib

[imagetag]
Mutiarani

SEMARANG, suaramerdeka.com - Mutiarani (17) siswa kelas XII Akuntansi 1 SMK Negeri 2 Semarang yang berhasil mendapat peringkat pertama nilai ujian nasional (UN) untuk tingkat nasional di jenjang SMK mengungkapkan sebenarnya berkeinginan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk memperdalam akuntansi. Namun, belum berpikir sejauh itu karena himpitan kondisi ekonomi keluarganya.

"Sebenarnya, saya sudah mendaftar untuk beasiswa Bidikmisi ke Universitas Negeri Semarang (Unnes), mudah-mudahan lolos. Kalau tidak lolos mungkin saya mau bekerja dahulu selepas lulus ini untuk membantu keluarga," katanya.
Perempuan yang hobi nonton bola dan memfavoritkan klub Barcelona ini tinggal di Pudakpayung Setuk RT 6/RW 4 Semarang. Dia mengaku kedua kakaknya saat ini sudah bekerja di pabrik garmen dan bengkel, sementara ibunya bekerja serabutan membantu menjaga dan merawat rumah tetangga.
Kepala SMK Negeri 2 Semarang Supriyanto mengatakan bahwa Mutiarani termasuk siswa berprestasi di sekolah meski tidak pernah menempati peringkat pertama kelas.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin dalam kesempatan sama mengaku bangga dengan prestasi yang diraih siswa kelas XII jurusan akuntansi SMK Negeri 2 Semarang itu menempati peringkat pertama UN. "Dia (Mutiarani-red.) memang berasal dari keluarga kurang mampu. Penghasilan ibunya saja hanya Rp600 ribu/bulan, itu pun tidak tentu. Oleh karena itu, kami akan kawal terus hingga mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi," kata Bunyamin.

Berdasarkan data peringkat siswa SMK 15 besar UN se-Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga siswa SMK di Jateng yang menempati 10 besar, bahkan salah satunya, yakni Mutiarani menempati peringkat pertama. Peringkat kedua UN SMK secara nasional diraih siswa SMK Mitra Batik Tasikmalaya, disusul SMK Negeri 1 Katapang, Jawa Barat. Dua siswa lain dari Jateng, yakni dari SMK Negeri 1 Purwodadi Grobogan menduduki peringkat tujuh dan delapanhttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/05/26/119502/Peringkat-I-Nasional-UN-SMK-Mutiarani-Berharap-Bisa-Kuliah


KESULITAN EKONOMI
Peraih UN MTs Tertinggi Jadi Tukang Bersih Rumah
Sabtu, 2 Juni 2012

SURABAYA (Suara Karya): Peraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi se-Jatim untuk tingkat MTs, Mochamad Adnan Hakiki, yang akrab dipanggil Kiki, saat ini sudah bekerja di Surabaya karena himpitan ekonomi keluarga. "Kiki sekarang tidak ada, berangkat bekerja jadi tukang bersih-bersih rumah di Surabaya. Katanya mengumpulkan uang dulu buat bayar uang sekolah," kata Yakub (61), kakek kandung Kiki, saat ditemui di rumahnya di Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, Jumat.

Kiki, yang merupakan siswa MTs Negeri 2 Bondowoso ini, memperoleh nilai UN 39,60. Untuk pelajaran matematika dan IPA, ia mendapatkan nilai masing-masing 10 serta bahasa Inggris dan bahasa Indonesia masing-masing 9,80.
Selama ini Kiki tinggal bersama kakek dan neneknya, Yakub dan Zaenab. Anak pertama dari tiga bersaudara itu hidup di rumah sangat sederhana bersama adiknya yang masih kelas V SD. Yakub sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang becak. "Kalau bapaknya, Budiono, bekerja serabutan. Kadang bekerja, kadang tidak. Makanya, Kiki sama adiknya kumpul sama saya. Ibunya, Arbaiya, hanya ibu rumah tangga," ujar Yakub.

Ia mengaku terkejut dengan perolehan nilai Kiki. Selama ini cucunya tersebut dikenal rajin dalam belajar, meskipun hasilnya tidak terlalu menonjol.
Sementara itu, di Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, kelulusan peserta UN sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTS) tahun ajaran 2011/2012 mencapai 99,57 persen.
Dari sebanyak 3.697.865 peserta UN SMP/MTS, jumlah peserta yang lulus sebanyak 3.681.920 orang, sedangkan yang tidak lulus 16.945 peserta atau 0,12 persen.

Dibandingkan angka kelulusan tahun 2010/2011 ada kenaikan jumlah kelulusan. Angka kelulusan UN tahun lalu gabungan ujian utama dan ujian ulang sebanyak 99,45 persen. "Ada kenaikan 0,12 persen," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Jumat. Provinsi yang paling banyak tidak lulus dari sisi persentase adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 2,45 persen atau sebanyak 1.906 peserta, sedangkan paling banyak lulus adalah DKI Jakarta 0,0096 persen dari 132.328 peserta.
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=304562

--------------

Lalu apa gunanya dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa tujuan didirikannya NKRI antara lain adalah untuk mencerdaskan anak bangsa? Lalu dimana tanggung jawab Negara dalam melaksanakan isi pasal 34 UUD 1945, bahwa orang miskin dan anak terlantar (antara lain anak-anak yang terlantar pendidikannya akibat kemiskinannya) dipelihara Negara?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...