SBY: Sukseskan Tahun Badak Internasional

SBY: Sukseskan Tahun Badak Internasional
Hindra Liu | Erlangga Djumena | Selasa, 5 Juni 2012 | 14:56 WIB

[imagetag]
Arsip Yayasan Leuser Intern
Badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis) tertangkap kamera yang dipasang Yayasan Leuser Internasional di kawasan hutan Leuser Provinsi Aceh, 9 Desember 2011.


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, dan menteri terkait lainnya untuk menyukseskan Tahun Badak Internasional, seperti yang dicanangkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Pencanangan ini didukung oleh 11 negara tempat sebaran badak dunia, termasuk Indonesia, yang sepakat untuk mencanangkan Tahun 2012 sebagai Tahun Badak Internasional.

"Jadikan Tahun Badak Internasional sebagai momentum dan akses bagi peningkatan kerja sama internasional dalam pelestarian badak di negeri kita. Ajak masyarakat dan instansi terkait untuk menyukseskan Tahun Badak Internasional," kata Presiden ketika memberikan sambutan pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional di Istana, Selasa (5/6/2012) .

Kepala Negara meminta agar menjadikan pelestarian badak sebagai bagian dari pemantapan reputasi bangsa sebagai salah satu pemimpin dunia dalam hal pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup yang baik, kata Presiden, menjamin keberlangsungan layanan ekosistem dan kehidupan aneka satwa dan fauna di dalamnya.

Di antara satwa-satwa langka yang dimiliki oleh Indonesia, beberapa mengalami penurunan populasi dalam tingkat menuju kepunahan. Penyebab dari ancaman tersebut adalah berkurangnya habitat asli sebagai akibat dari kegagalan mengelola hutan dan ekosistem secara lestari.

Presiden pun mengajak rakyat Indonesia menanamkan arti penting kelestarian lingkungan hidup kepada keluarga. Mereka diminta memberikan penjelasan dan pencerahan untuk menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan. "Kepada kalangan BUMN dan BUMD, saya mengajak untuk meningkatkan kualitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan masyarakat setempat. Budaya asli Indonesia sesungguhnya sarat akan nilai-nilai pengelolaan alam yang lestari," kata Presiden.

Menurut Kepala Negara, berbagai bentuk pemanfaatan kekayaan alam yang dilakukan oleh masyarakat adat secara tradisional telah terbukti berlangsung selama ribuan tahun tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Hal ini misalnya budaya panen sasi lompa oleh masyarakat Maluku atau kearifan lokal Dayak Iban di Kalimantan Barat yang melindungi pohon madu atau bangris, atau pengelolaan damar oleh suku Krui di Lampung.

Pada kesempatan ini, Presiden juga menegaskan komitmen pemerintah untuk mengubah model pembangunan ke arah "ekonomi hijau". Perubahan ini tecermin dari rencana penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen sampai 41 persen, melalui pembangunan ekonomi rendah emisi karbon. Strategi pembangunan ekonomi hijau adalah menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen seraya menurunkan emisi karbon sebanyak 26 persen dari proyeksi emisi kita di tahun 2020.

"Pendekatan pembangunan ekonomi tersebut merupakan lompatan besar bagi kita untuk meninggalkan praktik pembangunan ekonomi di masa lalu, yang mementingkan keuntungan jangka pendek, tetapi mewariskan berbagai permasalahan lingkungan. Strategi ini menekankan aspek pertumbuhan kesejahteraan dan pelestarian lingkungan," tutur Presiden.

Konsep ini, sambung Kepala Negara, didukung melalui Instruksi Presiden mengenai Rencana Aksi Nasional untuk Menurunkan Gas Rumah Kaca, Inpres Efisiensi Energi, Inpres Moratorium Hutan, dan Keppres Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.

Penerapan konsep ekonomi hijau juga membutuhkan perubahan paradigma dan gaya hidup yang menghasilkan perasaan adil di antara berbagai kelompok masyarakat, sekaligus memberikan penghematan dan peningkatan daya guna ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaknai dengan pentingnya melakukan perubahan paradigma pembangunan dan perilaku warga masyarakat, termasuk di dalamnya dalam kegiatan produksi dan konsumsi yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

"Ekonomi hijau juga dimaknai sebagai kemampuan untuk melibatkan rakyat banyak secara produktif dalam perekonomian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kemampuan untuk menemukan dan membuat alat-alat produksi sendiri dan mengadakan penyesuaian terhadap barang-barang yang diproduksi di tempat lain dengan kebutuhan setempat. Di samping juga kemampuan untuk menerapkan sendiri kemajuan teknik pada situasi setempat," papar Presiden.


http://sains.kompas.com/read/2012/06....Internasional



Selamat Tahun Badak Internasional... :selamat

Tahun Badak loh yah... bukan yang lainnya... :ngacir:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...