Sumpah Pocong Uji Serong

MEMANGNYA setiap wanita yang jauh dari suami jadi kegatelan? Inilah stigma (cap) yang menyakitkan Ny. Sarmi, 40, dari Magelang (Jateng). Untuk membuktikan bahwa dirinya tidak serong, bersama lelaki yang dituduhnya jadi rekanan selingkuh, keduanya pun sumpah pocong di depan kiai. Semoga kutukan Allah jatuh kepada si penyebar fitnah.
Para pejabat sering sekali mengatakan: ingin menjadikan masyarakat Indonesia yang madani. Nah sekarang sudah kesampaian. Sejak era reformasi, masyarakat yang suka madani sudah terjadi di mana-mana. Tapi jangan salah faham, madani (bahasa Jawa) di sini dalam arti suka mengolok-olok dan mencerca. Semua dikomentari secara terbuka, semua jadi LSM (Lembaga Suara Miring).
Warga dusun Mantenan, Desa Prajenan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang; agaknya juga tengah terjebak dalam suasana ini. Gara-gara ada wanita tetangga yang lama ditinggal suami merantau, penduduk menuduh Ny. Sarmi pasti selingkuh dengan tukang kayu yang sedang mengerjakan rumahnya. "Kalau tidak, mana betah ditinggal lama-lama oleh suami," begitu komentar warga yang terasa bikin panas kuping.
Kadir, 36, suami Sarmi memang sudah beberapa tahun ini bekerja di Purwokerto, sebagai pegawai bank plecit bagian penagihan. Pulang ke Magelang paling dua minggu sekali. Dalam rangka setor benggol dan setor bonggol. Nah, gara-gara ini para tetangga lalu suka mempergunjingkan. Betah amat ya Sarmi jauh dari suami. Kalau ada setan lewat, awas lho…….
Kemudian, sejak sebulan lalu Ny. Sarmi memperbaiki rumahnya, dengan tukang kayu Gito, 35. Yang membuat penduduk curiga, tukang kayu ini tinggal di rumah Sarmi yang sedang diperbaiki. Mulailah para pengamat rumahtangga mempergunjingkan. Dalam analisa penduduk. Siang Gito ngebor adon-adon (setelan) kayu, pasti malamnya gentian "ngebor" nyonya rumah.
Entah siapa yang jadi anggota Lembaga Intrik dan Pengembangan Isyu, kabar itu menjadi isyu nasional di desa Prajenan. Paling parah, Kadir suaminya yang ada di Purwokerto begitu mudahnya termakan isyu itu. Pulang-pulang langsung marah dan mengusir istri dari rumahnya. "Bakar wae omah iki, dikon ndandani malah dienggo dhemenan (bakar saja rumah ini, disuruh memperbaiki malah buat mesum)," tuduh Kadir berapi-api.
Sarmi sudah mencoba menangkis fitnah itu, tapi tak digubris, karena dia harus hengkang dari rumah. Merasa kehabisan akal, dia pun kemudian menantang sumpah pocong untuk membuktikan dirinya suci, tidak ternoda oleh lelaki lain. Gito sendiri juga sangat mendukung tekad Sarmi, sehingga sumpah pocong pun berlangsung di rumah kakak kandung Sarmi, masih di desa yang saama. Keduanya dikafani, lalu menyambaikan pernyataan. "Jika saya berdua memang selingkuh, siap dicabut nyawanya dalam tempo 100 hari sejak hari ini. Tapi jika kami tidak melakukan, maka semoga penebar fitnah terima kutukan Gusti Allah."
Pak Kyai dari Ponpes Tegalrejo selesai prosesi sumpah pocong menyatakan, Gito dan Sarmi sudah kembali suci dan diharapkan Kadir bersedia menerima kembali istrinya. Sedangkan kepada warga juga diminta jangan mudah menebar isyu yang tak berdasar. Karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Tunggu sampai 3 bulan ke depan, siapa yang mecicil nanti. (SM/Gunarso TS)
pocong
[imagetag]
emang jadi jablay itu menyakitkan, udah jarang di belai masih juga sering di pitenah
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...