Tak Dikenal Publik Jawa & Kasus LAPINDO, bikin ICAL Susah Populer di Pilpres 2014

[imagetag]
Karikatur Aburizal Bakrie (Jaringnews)


Upaya Ical Dongkrak Popularitas Hingga 2014 Akan Susah
Kamis, 7 Juni 2012 13:06 WIB

"Ical juga harus menjelaskan terus-menerus soal Lapindo. Ical susah untuk mengakar."

JAKARTA, Jaringnews.com - Meski tinggal menunggu waktu untuk dikunci menjadi calon presiden (capres), elektabilitas Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie alias Ical ternyata berada di bawah seniornya di partai pohon beringin ini, Jusuf Kalla. JK berada di posisi tiga dengan 14,9 persen, sementara Ical sebesar 10,6 persen.

Hal ini tampak dari survei elektabilitas capres 2014 yang dirilis Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Rabu (6/6) lalu. Adapun Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di posisi puncak dengan mengantongi suara 25,8 persen, mengungguli Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang berada di posisi kedua dengan 22,4 persen suara.

"Ical popularitasnya memang masih lemah, tapi dia giat untuk berupaya menaikkan, apakah upayanya akan berhasil alias naik signifikan sampai 2014, saya kira susah," ujar pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Alfan Alfian kepada Jaringnews.com via pesan singkat, Kamis (7/6).

Alfan menjelaskan, banyak hal yang membuat Ical bakal susah mendongkrak popularitasnya. Selain itu, bila dikomparasikan, eksistensi tokoh lain secara politik sudah mengakar.

"Publik Jawa yang mayoritas belum banyak mengenal, Ical juga harus menjelaskan terus-menerus soal Lapindo. Ical susah untuk mengakar, seperti misalnya menyaingi Megawati atau Prabowo," sambung dosen pascasarjana ilmu politik Unas ini.

Alfan menambahkan, untuk mengakomodir syarat agar lebih dikenal di Jawa, Ical baru menebar jaring untuk merekrut calon wakil presiden (cawapres) yang ideal. Baru-baru ini, kencang beredar kabar, kubu Ical mendekati Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan Menkopolhukam Djoko Suyanto terkait untuk diduetkan dengan Ical di 2014.

"Tentu saja yang ideal cawapresnya Jawa dan militer, itu yang oleh pihak Ical dilupakan. Ia baru menebar jaring, tetapi untuk dapat cawapres yang ideal agak susah juga," sambung dia.

Bukankah Ical terkesan tidak percaya diri dengan yang melirik cawapres? "Pola kebanyakan memang justru sebaliknya, capres yang dilamar bakal cawapres. Tapi bukan tidak pede (percaya diri), tapi sangat pede sekali. Nah, begitulah eksperimen politik Ical, dibalik," tutup Alfan.http://www.jaringnews.com/politik-pe...gga-akan-susah

---------------

Menurut catatan CIA dalam CIA Factbooks 2011, jumlah penduduk INDONESIA berdasarkan etnisnya adalah sbb: Javanese 40.6%, Sundanese 15%, Madurese 3.3%, Minangkabau 2.7%, Betawi 2.4%, Bugis 2.4%, Banten 2%, Banjar 1.7%, other or unspecified 29.9% (2000 census). Dalam prinsip pemilihan langsung ala Demokrasi kita saat ini, dimana diberlakukan sistem 'one man, one vote', secara teori atau hitungan diatas kertas, hanya calon pemimpin yang berasal dari etnis yang dominan saja yang akan selalu keluar sebagai pemenang dalam setiap pemilu atau pilpres. Hal itu disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan suatu suku di manapun di dunia ini, yaitu mereka memiliki kecendrungan secara psikologis untuk memilih pemimpin dari kalangan sukunya sendiri (coba explore referensi ini). Sebenarnya untuk Indonesia, urut-urutan skala pilihan pemilih itu berturut-turut adalah: agama, gender, suku, kharismatik, asal-usul dinasti keturunan, baru kekayaan dan lain-lainnya. Juga sangat ditentukan oleh struktur usia pemilih yang umumnya di dominasi oleh pemilih baru dan pemilih muda.

Akan halnya Ical untuk maju menjadi Capres 2014, dengan analisa sederhana saja, sangat kecil kemungkinannya akan dipilih rakyat. Alasannya jelas banyak. Dari segi suku saja, dirinya yang bukan jawa (atau minimal istrinya jawa seperti Akbar Tanjung itu), dipastikan tidak akan banyak menarik pemilih di jawa dan juga di luar jawa. Orang jawa itu, kalau memilih elit yang akan memimpin mereka, pastilah mereka cenderung untuk memilih orang jawa jua, yang mereka kenali dari namanya khasnya itu, yang umumnya berakhiran "O" (Sukarno, Suharto, Susilo, Yudhoyono, Sukarwo, Prabowo, Wiranto).

Tapi saya juga tidak yakin, etnis di luar jawa akan memilih Ical, kecuali mungkin orang Sumatera, asal tempatnya Bang Ical. Orang Bugis pastilah cenderung memilih nama seperti JK dulu lagi (dalam Pilpres 2009 lalu, JK hampir menang mutlak di Sulsel); Orang Banjar juga sama saja, akan memilih nama-nama yang akrab di telinga mereka, setidaknya kalau bukan orang Kalimantan, si calon itu adalah muslim yang saleh. Nah, Bang Ical ini, dari sisi kesalehan agamanya, di tandai oleh ummat muslim di tanah air, sangat rendah sekali. Begitu pula dengan kedermawanannya, jarang sekali mereka saksikan di media, kalau Bang Ical itu selalu paling depan dalam menyumbang bila rakyat terkena kesulitan seperti bencana alam itu misalnya, padahal rakyat memahami kalau Ical itu kaya-raya. Mereka juga jarang melihat Ketua umum GOLKAR itu mendatangi majlis taklim, pengajian, atau mengunjungi Kyai mereka di ponpes-ponpesnya. Bang Ical jarang diliput media, meskipun kegiatan sosial Bang Ical sebenarnya cukup tinggi jua, padahal katanya punya tv-one dan antv seperti halnya Surya Paloh dengan Metro-tivinya itu (tapi yang satu ini terlalu berlebihan, sehingga rakyat jadi muak melihatnya yang selalu nongol di tivinya sendiri). Intinya, kharismatik Ical itu sangat rendah sekali di kalangan akar rumput di seluruh tanah air.

Dan yang penting pula, usia pemilih pada pemilu dan Pilpres 2014 kelak, yang di dominasi oleh pemilih pemula (kelahiran pasca krismon 1997 atau generasi Reformasi), anak-anak remaja dan pasangan muda (kelahiran 1970-an sampai 1990-an), serta generasi tua yang lahir tahun 1960-an. Generasi tahun 1960-an itu, yang kini banyak menduduki posisi strategis, tahu persis sejarah ORBA dan GOLKAR di masa lalu. Mereka juga merasakan pahitnya Krismon 1997 dulu sebagai akibat perbuatan ORBA yang salah satu pendukung utamanya adalah Golkar. Komposisi secara nasional untuk generasi 1960-an sampai 1997-an itu, di prediksi hampir 90% pemilih aktif pada tahun 2014. Sulit bagi Ical dan Golkar untuk meyakinkan mereka, apalagi internet setiap hari terus 'menguliti' dosa dan kesalahan Golkar di masa lalu dan dosa Ical seputar lumpur lapindo, pajak, gaya hidup keluarganya yang hedon, dan lainya, hampir setiap hari.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...