4 Terlalu yang Bikin Angka Kematian Ibu dan Bayi Tinggi

Quote:

Kupang, Daerah-daerah kepulauan terpencil di Indonesia identik dengan minimnya sarana dan prasarana kesehatan dan rendahnya kondisi kesehatan masyarakat. Salah satu tanda kurangnya kondisi kesehatan tersebut adalah tingginya angka kematian ibu melahirkan dan tingkat kematian bayi.

Di samping itu, rendahnya kesadaran akan keluarga berencana juga ikut ambil bagian menurunkan kesadaran masyarakat akan kondisi kesehatannya.

Hal serupa dijumpai di Nusa Tenggara Timur. Provinsi yang berbatasan langsung dengan 2 negara tetangga, Timor Timur dan Australia ini memang memiliki tingkat kesehatan yang bisa dibilang paling rendah dibanding propinsi lain di Indonesia.

Menurut Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir tahun 2007, angka kematian ibu melahirkan di NTT sebesar 306 ibu dari 100.000 kelahiran. Padahal di tingkat nasional angkanya hanya 228 ibu dari 100.000 kelahiran. Sedangkan angka kematian bayi adalah sebanyak 57 kematian dari setiap 1000 kelahiran. Padahal angka kematian bayi secara nasional lebih rendah, yaitu 36 kematian dari 1000 kelahiran.

Selain angka kematian ibu melahirkan dan bayi yang terhitung tinggi, angka kelahiran di provinsi ini terhitung tinggi, yaitu sebanyak 4,2. Artinya, setiap ibu melahirkan rata-rata 4,2 anak setiap tahunnya. Secara nasional, angka kelahiran setiap rumah tangga adalah rata -rata sebesar 2,3 dan ditargetkan akan menurun menjadi 2,1 tahun ini.[/color]

"Tingginya angka kelahiran menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat akan keluarga berencana. Padahal dengan jumlah anak yang sedikit, orangtua akan lebih bisa memenuhi kebutuhan anak dan meminimalkan tingkat kematian ibu dan bayi," kata Kusnadi, SH, kepala BKKBN Propinsi NTT kepada detikHealth dalam acara Bakti Sosial Pelayanan KB di Rote Endao, Senin (18/6/2012).

Menurut Kusnadi, tingginya angka kematian ibu dan kematian anak ini disebabkan oleh 4 terlalu, yaitu:


Terlalu muda saat melahirkan
Terlalu tua saat melahirkan
Terlalu sering melahirkan
Terlalu pendek jarak kelahirannya.



Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan program KB dan penggunaan alat kontrasepsi, diharapkan risiko 4 terlalu di atas dapat ditekan dan diminimalisir. Tapi sayang, kesadaran masyarakat akan program KB sendiri masih rendah. Apalagi tenaga penyuluh lapangan juga masih kurang dan makin berkurang.

"Kita punya 3.126 desa, sedangkan petugas lapangan yang kita miliki hanya 903 orang. Artinya 1 orang tenaga lapangan harus menangani rata-rata 3.4 desa. Bahkan ada juga yang harus menangani 7 desa. Beberapa petugas ini juga kemudian banyak yang meninggalkan kewajibannya karena diangkat menjadi pejabat daerah setempat," kata Kusnadi.

Untuk daerah terpencil seperti ini, penggunaan alat kontrasepsi konvensional seperti kondom, suntik, IUD ataupun implan banyak menemui kendala. Mulai dari keengganan untuk mengunjungi klinik pelayanan KB, sulitnya akses transportasi hingga faktor penggunaan yang kurang kontinyu. Maka, metode kontrasepsi jangka panjang adalah solusi yang paling jitu.

Dengan kontrasepsi jangka panjang, peserta KB hanya perlu mendapat penanganan sekali dan bisa berlaku seumur hidup. Caranya menyerupai tubektomi atau vasektomi, tapi saluran telur dan sperma cuma diikat dan tidak dipotong. Jadi masih bisa dikembalikan ke kondisi semula dan tidak bersifat permanen.
(pah/ir)
ember



Lindungi para ibu dengan menjauhi 4 L ini :iloveindonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...