Indonesia Harus Belajar dari Budaya Korea dan Jepang

http://www.analisadaily.com/news/rea.../#.T_0LUPXDMeU

Jumat, 29 Jun 2012 00:57 WIB

Seminar Nasional Kebudayaan di Fisip USU


Medan, (Analisa). Ahli Sejarah Indoensia, Dr. Anhar Gonggong mengatakan bahwa Indonesia harus belajar dari Budaya Korea dan Jepang. Hal tersebut dikatakannya saat menjadi pemateri dalam seminar nasional yang bertemakan Cross Cultural Fertilization, sebuah strategi kebudayaan yang digelar di Fisip USU, Kamis (28/6).
"Untuk mempertahankan budaya, Indonesia perlu belajar dari negara lain seperti Korea dan Jepang. Kedua negara tersebut berkembang karena budayanya. Perkembangan budaya mereka juga sangat kreatif," ujar Anhar.

Anhar memberikan contoh tentang budaya Jepang yang layak dicontoh. Misalnya saja dalam kreatifitas pengembangan produksi mobil. Selain dari kreatifitas, budaya lainnya yang pantas dicontoh Indonesia dari Jepang adalah menghargai waktu. Waktu sangat penting bagi kehidupan. Begitu banyak ilmu yang ditinggalkan bagi seorang mahasiswa yang tidak mengikuti satu jam mata kuliah.

"Saya pernah ke Jepang. Saat itu saya mempunyai janji dengan teman yang berwarga negara Jepang untuk bertemu pukul enam pagi. Janji kami ini untuk pembicaraan kasus hancurnya Hirosima dan Nagasaki. Pada pukul enam pagi dia sudah on time. Itu merupakan budaya. Budaya yang perlu dicontoh," sebutnya.

Sementara untuk budaya dari Korea yang perlu dicontoh oleh Indonesia adalah mampu menyaingi budaya Jepang. Dia mengatakan Korea pernah dijajah oleh Jepang. Untuk itu Korea berusaha mengimbangi negara Jepang.

"Lihat saja saat ini produk dari Jepang dan Korea terus bersaing. Dari jajahan itu Korea belajar untuk melebihi budaya Jepang. Penjajahan dendam yang dibuktikan dengan kegiatan yang positif," ucapnya.

Untuk itu kedepannya Anhar berharap agar peningkatan budaya ini menjadi pelajaran bagi Indonesia. Peningkatan kreatifitas budaya disebutkannya dapat diambil dari diskusi-diskusi antar elemen masyarakat. Mengingat dari diskusi tersebut nantinya melahirkan suatu budaya baru yang lebih kreatif.

"Pada dasarnya diskusi ini merupakan proses atau penyerbukan dari peningkatan budaya tersebut," jelasnya.

Menambahi Anhar, Dosen Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Budi Agustono mengatakan bahwa kedepannya budaya perang antar etnik juga harus dihindarkan di Sumut. Saat ini masyarakat Sumut harus bisa membedakan antara kekuasaan politik dan kebudayaan.

"Saat ini kekuasaan-kekuasaan politik telah bermain dalam wilayah kebudayaan. Perdebatan politik dan cultural juga sangat tinggi seperti apa yang terjadi pada tahun 1960 hingga 1970-an yang mengakibatkan ideologi saat itu menjadi tinggi," ucapnya.

Pihaknya berharap fokus pada peningkatan budaya segera dilakukan oleh pemerintah. Jangan hanya terfokus pada politik maupun peningkatan ekonomi. (ns)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...