(Realita, Gan). Meski Sakit, Tak Punya Uang, Warga Miskin Memilih Tetap Merokok...

Jakarta - Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional menyebutkan, rokok menjadi indikator kedua penyebab kemiskinan di Indonesia. Rokok menyumbang kemiskinan sekitar 8 persen di perkotaan dan 7 persen di pedesaan. Pada Maret 2012 garis kemiskinan di Indonesia naik menjadi 6,40 persen. Garis kemiskinan itu berubah sesuai dengan harga dan inflasi. Simak laporan yang disusun Sindu Dharmawan berikut ini.

Pengumpul barang bekas, Wawan menuturkan, dalam sehari menghabiskan dua bungkus rokok, seharga Rp 11 ribu per bungkus. Jika dibandingkan dengan kebutuhan pokok yang ia beli sehari-hari, pengeluaran uang untuk membeli rokok cukup besar. Seringkali, Wawan terpaksa berhutang jika tak punya uang untuk membeli rokok.

“ Kalau di itu 12, warung kecil. Ya, dua-duanya, makan ya kudu, merokok ya itulah. Tapi, mendingan merokok sih. Kalau ngga merokok lemas, ngantuk. Ya gimana lah, ya ngga bisa. Kalau sudah biasa merokok terus ngga, gimana gitu perasaannya, lemas. Ngga. Ngga. Ngga ngomong apa-apa. Ngga, ngga pernah. Kecuali kalau. Ya lumayan-lah, diambil sedikit saja dua bungkus sehari, kali sebulan, belum yang sebatang dua batang yang kalau lagi ngecer di jalan. Ya, paling ngutang. Ngutang ke warung. Sering,” tutur pria asal Karawang, Jawa Barat ini.

Hal senada disampaikan Matyani, seorang sopir asal Karawang. Katanya, meski sakit, tak mengurangi konsumsi rokok yang dihisap setiap hari. Walaupun, keinginan untuk berhenti merokok itu masih ada.

“ Tetap walaupun pahit mulut nih, meriang ya, tetap aja habis makan merokok, ngga enak, gimana. Pengennya berhenti itu kan, tetap aja ngga enak merokok juga ini. Orang sudah batuk, batuk kan, pernah tuh batuk, tetap saja merokok jalan. Pernah batuk sudah kayak gimana, batuk dahak itu, tetap aja, jalan merokok.”ujar Matyani.

Direktur Ketahanan Sosial BPS Wynandin menjelaskan, BPS tidak mengetahui secara pasti apa penyebab konsumsi rokok masyarakat meningkat. BPS hanya mencatat, warga mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli rokok. Jumlah ini ada di bawah pembelian beras yang menjadi indicator kemiskinan nomor satu. Ini berdasarkan survey pada 75 ribu rumah tangga.

“Sebenarnya bukan penyumbang kemiskinan, ya. Kalau kita kan, di garis kemiskinan itu ya, yang menentukan apakah seseorang itu miskin atau tidak, kalau kita, apa namanya, dari gars kemiskinan yang kita hitung itu, komposisi pengeluaran dari garis kemiskinan, maka perokok itu yang kedua setelah beras. Kemudian, pertanyaan kenapa penyebabnya, faktanya, kita kan ga tahu penyebabnya, tapi ini faktanya memang perokok adalah penyumbang pengeluaran terbesar di antara orang-orang miskin,” terang Wynandin.

Harga rokok yang murah di Indonesia dinilai menjadi faktor utama penyebab konsumsi rokok naik. Faktor lain adalah.........http://www.kbr68h.com/feature/lapora...-tetap-merokok


Oalah.....:capedes:capedes:capedes:iloveindonesias
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...