Kisah 2 Gadis anak PRT, Peraih Nilai Terbaik Nasional yg Galau tak bisa Kuliah

Peringkat I Nasional UN SMK, Mutiarani Berharap Bisa Kuliah
26 Mei 2012 | 21:07 wib

[imagetag]
Mutiarani

SEMARANG, suaramerdeka.com - Mutiarani (17) siswa kelas XII Akuntansi 1 SMK Negeri 2 Semarang yang berhasil mendapat peringkat pertama nilai ujian nasional (UN) untuk tingkat nasional di jenjang SMK mengungkapkan sebenarnya berkeinginan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk memperdalam akuntansi. Namun, belum berpikir sejauh itu karena himpitan kondisi ekonomi keluarganya.

"Sebenarnya, saya sudah mendaftar untuk beasiswa Bidikmisi ke Universitas Negeri Semarang (Unnes), mudah-mudahan lolos. Kalau tidak lolos mungkin saya mau bekerja dahulu selepas lulus ini untuk membantu keluarga," katanya.
Perempuan yang hobi nonton bola dan memfavoritkan klub Barcelona ini tinggal di Pudakpayung Setuk RT 6/RW 4 Semarang. Dia mengaku kedua kakaknya saat ini sudah bekerja di pabrik garmen dan bengkel, sementara ibunya bekerja serabutan membantu menjaga dan merawat rumah tetangga.

Kepala SMK Negeri 2 Semarang Supriyanto mengatakan bahwa Mutiarani termasuk siswa berprestasi di sekolah meski tidak pernah menempati peringkat pertama kelas. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin dalam kesempatan sama mengaku bangga dengan prestasi yang diraih siswa kelas XII jurusan akuntansi SMK Negeri 2 Semarang itu menempati peringkat pertama UN. "Dia (Mutiarani-red.) memang berasal dari keluarga kurang mampu. Penghasilan ibunya saja hanya Rp600 ribu/bulan, itu pun tidak tentu. Oleh karena itu, kami akan kawal terus hingga mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi," kata Bunyamin.

Berdasarkan data peringkat siswa SMK 15 besar UN se-Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga siswa SMK di Jateng yang menempati 10 besar, bahkan salah satunya, yakni Mutiarani menempati peringkat pertama. Peringkat kedua UN SMK secara nasional diraih siswa SMK Mitra Batik Tasikmalaya, disusul SMK Negeri 1 Katapang, Jawa Barat. Dua siswa lain dari Jateng, yakni dari SMK Negeri 1 Purwodadi Grobogan menduduki peringkat tujuh dan delapan.http://www.suaramerdeka.com/v1/index...ap-Bisa-Kuliah


Anak Penjaga Toko dan Parkir Lulus Terbaik Tingkat Nasional
Jumat, 25 Mei 2012 | 14:10 WIB

[imagetag]
Novi

LAMONGAN, KOMPAS.com — Kabupaten Lamongan di Jawa Timur kembali menorehkan prestasi luar biasa dalam ujian nasional tahun ini. Dua siswi di kabupaten itu meraih nilai terbaik kedua dan tiga tingkat nasional SMA/SMK. Mereka adalah Novi Wulandari dan Nur Uthfi Khumairo. Novi adalah anak dari pasangan Mustakim-Sepi Setiawati. Mustakim sehari-hari adalah penjaga toko, sementara Sepi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Novi meraih nilai terbaik kedua tingkat nasional dengan total nilai 58,50. Dia juga terbaik se-Jawa Timur untuk siswa SMA bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Adapun Nur Utfhi Khumairo meraih nilai tertinggi ketiga nasional dan peringkat kedua se-Jatim untuk siswa SMK dengan nilai 38,53 bidang Akuntansi. Ayahnya, Jabar, sehari-hari adalah tukang parkir di Kaliotik, dan ibunya, Anis, ibu rumah tangga. "Saya sebelumnya memang berobsesi jadi terbaik nasional agar bisa kuliah," kata Novi. Ia selama ini langganan juara I, tetapi saat kelas XII sempat merosot ke peringkat V karena bimbang melanjutkan kuliah atau tidak. "Selama ini saya dapat beasiswa. Kalau kuliah uang dari mana. Akan tetapi, saya bertekad agar meraih prestasi nasional agar dapat beasiswa dan tidak memberatkan orangtua," katanya.

Saat mendapat informasi nilainya terbaik nasional kedua, Novi langsung sujud syukur dan memeluk sang ayah. "Alhamdulillah keinginan saya membahagiakan orangtua terlaksana," ucapnya, berkaca-kaca. Meskipun masih bingung soal biaya, ia mendaftar seleksi ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta lewat jalur prestasi jurusan Geofisika dan Statistika. Untuk di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, ia sudah lolos ujian tahap pertama. Kalau nanti yang di UGM tidak lolos, Novi ingin ambil jurusan Statistik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. "Saya ingin dapat beasiswa agar tidak merepotkan orangtua," kata Novi.

Adapun Uthfi telah diterima kerja di sebuah dealer sepeda motor produksi India begitu ujian usai. "Itu untuk mengisi waktu, jaga-jaga kalau nanti enggak bisa kuliah. Kalau ada biaya ingin ambil jurusan Akuntansi di Universitas Airlangga Surabaya. Saya mau jadi akuntan," harapnya.
http://regional.kompas.com/read/2012...ngkat.Nasional


Novi Wulandari, Anak PRT Peraih UN Tertinggi Kedua Nasional
Jum'at, 25 Mei 2012 20:51:41 WIB

[imagetag]

Lamongan (beritajatim.com) - Novi Wulandari siswi SMA Negeri 2 Lamongan, Jawa Timur berhasil meraih peringkat 2 nasional dan peringkat 1 se-Jatim. Siswi jurusan IPA ini meraih nilai ujian nasional (NUN) 58,50 dengan nilai rata-rata 9,19. Anak kedua dari pasangan Rapi Setiawati dan Mohammad Mustakim berasal dari keluarga tidak mampu. Ibu kandung Rapi Setiawati hanya berprofesi sebagai pembantu rumah rumah tangga. Sedangkan ayahnya Mohammad Mustakim berprofesi sebagai karyawan toko di Pasar Lamongan.

Terpilihnya Novi memang sudah ditebak. Pasalnya, anak yang dikenal pendiam tersebut dikenal pendiam oleh teman-temannya. "Anak saya memang rajin dan selalu meraih rangking pertama di kelasnya," kata Rapi Setiawati ibunda Novi Wulandari, Jumat (25/05/2012).

Sementara itu, Novi menuturkan, kendati meraih NUN tertinggi tingkat nasional dan Jatim. Dirinya, merasa terbebani dengan masa depannya setelah lulus nanti. Sebab, takut tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena keluarganya tidak mampu. "Saya ragu tidak bisa melanjutkan ke Universitas Gajah Mada jalur undangan sebab kondisi keluarga saya tidak mampu. Apalagi ayah sedang sakit," tuturnya. Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Lamongan Khusnan MZ mengatakan, dirinya sujud syukur karena anak didiknya berhasil meraih NUN yang terbaik. "Saya sendiri tidak pernah punya firasat akan meraih prestasi ini," katanya
http://www.beritajatim.com/detailnew...Kedua_Nasional


Digelontor Anggaran Rp 144 Miliar, Hasil UN Kota Malang Jeblok
Sabtu, 26/05/2012 15:13 WIB

Malang - Hasil Ujian Nasional (UN) Kota Malang jauh dari harapan, meski telah digelontor anggaran sebesar Rp 144 miliar di Tahun 2012. Kota pendidikan ini hanya berada di urutan 35 dari 38 daerah di Jatim. Protes keras langsung dilayangkan DPRD Kota Malang atas hasil UN tersebut. "Kami sangat kecewa dengan hasil kelulusan. Padahal pendidikan telah disuport dana sebesar Rp 144 miliar," tegas Ketua Komisi D DPRD Kota Malang Christea Frisdiantara kepada wartawan, Sabtu (26/5/2012).

Christea menambahkan, hasil UN tahun ini juga jauh bila dibandingkan dengan Kabupaten Malang. Padahal nilai anggaran yang diberikan cukup besar. Jauh dibandingkan dengan daerah lain yang menduduki peringkat 4, seperti Kabupaten Trenggalek. "Ironis sekali, kita kalah dengan kabupaten," imbuh politisi dari Partai Demokrat ini. Buruknya hasil UN tahun ini, lanjut dia, memaksa Komisi D harus menelusuri letak dari penyebabnya. Meskipun sejumlah sekolah diketahui sudah menggelar try out lebih dari 5 kali. "Ini bisa dibilang gagal dalam memajukan pendidikan di Kota Malang," sambung dia.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Sri Wahyuningtyas, mengaku peringkat bukan menjadi hal terpenting. Tapi lebih mengedepankan sikap jujur siswa dalam melaksanakan UN. "Percuma peringkat bagus, tapi tak jujur," tandas wanita akrab disapa Yuyun terpisah.

Hasil UN Kota Malang tahun ini dari jumlah peserta 14.203 siswa, tak lulus mencapai 22 siswa, sedikit berkurang bila dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 33 siswa tak lulus dari 14.153 siswa. Sedangkan di Kabupaten Malang dari jumlah peserta 13.583 siswa yang tak lulus sebanyak 6 siswa, untuk Kota Batu siswa tak lulus hanya satu orang dari 1.680 siswa. Pengumuman kelulusan digelar hari ini diwarnai aksi konvoi puluhan siswa mengendarai motor, atribut sekolah tak luput dari coretan sebagai wujud syukur.
http://surabaya.detik..com/read/2012...-malang-jeblok

-------------

Kasihan yah! Sudah anak wanita, anak pembantu pulak! Mana mungkinlah dia bisa masuk kuliah kalau tak dibantu keseluruhan biayanya ke Perguruan Tinggi iyu, mulai uang gedung, SPP, dan biaya hidup selama menjadi mahasiswa hingga lulus S1 kelak. Sebaliknya yang terjadi di kota Malang, juga cukup emnarik, Apa betul duit Rp 144 milyar itu mengalir untuk pembinaan siswa-siswa itu. Apa tidak dikorup oleh pejabat yang nakal?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...