Inilah 3 'Monster' yang Menghantui Gubernur DKI

Jakarta DKI Jakarta memiliki masalah yang begitu kompleks. Karena itu butuh gubernur yang luar biasa. Setidaknya ada 3 'monster' yang menghantui gubernur DKI.

"Masalah Jakarta sudah jelas macet, banjir dan keamanan. Kenapa tidak ada pihak yang menangani sungguh-sungguh soal kemacetan?" ujar sosiolog UI, Thamrin Tamagola.

Hal itu disampaikan dia dalam diskusi publik yang digelar Pusat Kajian Politik (Puskapol) UI dengan tema 'Mau ngapain nih kite warga Jakarta? Antusiasme warga dalam pemilukada DKI Jakarta 2012' di Jakarta Media Center (JMC), Jl Kebonsirih, Jakarta Pusat, Minggu (1/7/2012).

"Jadi gubernur DKI siapapun akan sukar menangani 3 besar itu. Ditambah ada 3 monster di Jakarta ini," sambung Thamrin.

Ketiga monster itu adalah pertama, elite bisnis. Menurut dia, siapapun gubernur nanti harus melawan elite bisnis. Sebab elite bisnis ini berupaya membangun banyak gedung di Jakarta yang sudah padat.

Kedua, para politikus. Politikus tertentu bisa menyandera gubernur, dan penyanderaan ini tidak hanya terjadi di daerah tetapi juga di pusat.

Ketiga, oknum mengatasnamakan agama yang bertindak ekstrem lantaran mengancam keamanan sehingga membuat polisi tidak bisa berbuat banyak. Bahkan negara bisa takut menghadapi kelomok ini.

"Tidak akan ada bedanya karena ketiga monster ini akan menghantui Jakarta. Sampai presiden pun yang akan terpilih nanti akan berhadapan 3 monster itu dan akan susah untuk katakan tidak pada 3 monster itu. Tapi saya kira bisa tetap diusahakan," papar Thamrin.

Menurut dia ada pemikiran berbeda antara kalangan kelas menengah dengan kalangan kelas bawah. Kelas menengah memikirkan bagaimana agar tidak ada korupsi, demokrasi tanpa politik uang dan penghijaun. Sedangkan kelas bawah lebih memikirkan bagaimana makan hari ini. Namun apapun pemikirannya, harus terus ditanamkan demokrasi yang solid.

Thamrin menjelaskan untuk menanamkan demokrasi yang solid antara lain melalui pemuda sebaya. Sebaliknya, jangan terlalu berharap menegakkan demokrasi pada lingkungan keluarga dan sekolah.

"Lewat film, komik-komik, HP untuk bersoalisasi soal demokrasi. Karena demokrasi adalah tradisi, bukan ritual," terangnya.

Masyarakat akan bisa berdemokrasi solid karena terbiasa. Karena itu demokrasi sudah harus tumbuh di lingkungan RT atau RW.

"Sekarang sudah ada kelompok-kelompok dominan di masyarakat. Itu yang harus kita pecah. Dan kita hanya bisa berpraktik demokrasi di kota atau negara kalau kita sudah berdemokrasi di dalam rukun warga. Rukun warga adalah satuan ideal untuk menanamkan demokrasi dan praktik," tutur Thamrin.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...