Terganjal Lapindo dan Non-Jawa, ICAL jadi kartu mati GOLKAR di Pilpres 2014

[imagetag]

Andi Mattalata prediksi Ical sulit menangkan pilpres
Selasa, 10 April 2012 19:04 WIB

Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga politisi Partai Golkar, Andi Matalata memprediksi, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical sulit untuk memenangkan Pilpres. 2014. "Saya tidak tahu, dulu katanya ada survei. Tapi bagaimana mau survei kalau Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar sebagai pemegang hak suara sudah menyerahkan dukungan kepada Ical.

Susah memprediksinya. Kan masih lama," kata Andi Mattalata kepada ANTARA News di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa. Selain itu, kata Andi, dukungan yang diberikan DPD-DPD Partai Golkar bukan dukungan yang menyerap aspirasi dari bawah, tapi sebatas dari pimpinan DPD-DPD semata. "DPD-DPD itu memberikan dukungan kepada Ical apakah sudah menyerap aspirasi dari bawah," ungkap Andi.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas DPD-DPD untuk memenangkan Ical pada Pilpres 2014 mendatang. "DPD-DPD punya tanggung jawab untuk kebawah, membuktikan kepada Ical bahwa dukungan itu dari bawah dan memelihara sampai 2014. Saya tidak melihat DPD-DPD dalam memberikan dukungan kepada Ical telah menyerap aspirasi dari bawah, dari desa. Saya tidak tidak melihat ada dukungan yang murni dari bawah kepada Ical," tambah Andi. Sebagaimana diketahui, Partai Golkar akan menggelar Rakornas yang akan menetapkan Ical sebagai capres.
http://www.antaranews.com/berita/305...angkan-pilpres


Terganjal Lapindo dan Non-Jawa
Kartu Mati Ical Sebagai Capres Partai Golkar

JAKARTA – Menguatnya wacana penetapan Aburizal Bakrie alias Ical sebagai capres 2014 di internal Partai Golkar sudah memancing munculnya reaksi eksternal partai tersebut. "Serangan" dengan cara mengungkap kartu mati Ical itu datang dari mantan kader Golkar Ruhut Sitompul yang kini menjadi ketua Departemen Bidang Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat. Menurut Ruhut, Ical akan menghadapi dua tantangan berat, yakni isu lumpur Lapindo dan capres non-Jawa. "Apakah Ical siap menghadapi sanksi sosial soal Lapindo?" kata Ruhut di gedung DPR kemarin (27/10). Dia menyatakan, persoalan luapan lumpur yang menimpa warga Sidoarjo, Jawa Timur, itu cukup membebani sosok bos Grup Bakrie tersebut.

Selain itu, Ruhut berpandangan bahwa faktor latar belakang Ical yang non-Jawa akan menjadi hambatan untuk meraup suara pemilih secara optimal saat pilpres. Ical berasal dari Lampung. Ruhut menjelaskan, sebenarnya terbuka peluang bagi tokoh non-Jawa untuk bisa menang. Asalkan punya banyak nilai le bih yang konkret untuk ditawarkan kepada rakyat. "Kalau luar Jawa, harus plus tiga kali. Seperti Obama (Presiden AS Barack Obama, Red). Punya banyak kelebihan," tutur anggota Komisi III DPR tersebut. Ruhut mencontohkan, mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla (JK) tergolong tokoh luar Jawa yang sulit dicari tandingannya. Namun, saat Pilpres 2009, JK masih tetap kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Kalau ada capres dari Golkar, cari yang Jawa," tegas Ruhut lantas tersenyum. Dia mengatakan bahwa dua sosok wakil ketua umum Golkar lebih pas untuk diajukan sebagai capres Golkar.

Sebab, keduanya berdarah Jawa. Mereka adalah Menko Kesra Agung Laksono serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo. Ruhut menegaskan, Demokrat membuka peluang untuk berkoalisi dengan Golkar pada 2014. Namun, pilihannya adalah tokoh Golkar, semisal Ical, menjadi cawapres. "Kalau memang mau, baik-baik, jadi cawapres," tandasnya. Demokrat sendiri, imbuh dia, baru akan memutuskan capres pada 2013. Sejauh ini, ungkap Ruhut, ada enam nama yang dipertimbangkan. Mereka adalah Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menko Polkam Djoko Suyanto, KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, Menpora Andi Mallarangeng, Ketua DPR Marzuki Alie, dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
http://www.indopos.co.id/index.php/a...-non-jawa.html

------------------------------

Menurut catatan CIA dalam CIA Factbooks 2011, jumlah penduduk INDONESIA berdasarkan etnisnya adalah sbb: Javanese 40.6%, Sundanese 15%, Madurese 3.3%, Minangkabau 2.7%, Betawi 2.4%, Bugis 2.4%, Banten 2%, Banjar 1.7%, other or unspecified 29.9% (2000 census). Dalam prinsip pemilihan langsung ala Demokrasi kita saat ini, dimana diberlakukan sistem 'one man, one vote', secara teori atau hitungan diatas kertas, hanya calon pemimpin yang berasal dari etnis yang dominan saja yang akan selalu keluar sebagai pemenang dalam setiap pemilu atau pilpres. Hal itu disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan suatu suku di manapun di dunia ini, yaitu mereka memiliki kecendrungan secara psikologis untuk memilih pemimpin dari kalangan sukunya sendiri. Sebenarnya untuk Indonesia, urut-urutan skala pilihan pemilih itu berturut-turut adalah: agama, gender, suku, kharismatik, asal-usul dinasti keturunan, baru kekayaan dan lain-lainnya. Juga sangat ditentukan oleh struktur usia pemilih yang umumnya di dominasi oleh pemilih baru dan pemilih muda.

Akan halnya Ical untuk maju menjadi Capres 2014, dengan analisa sederhana saja, sangat kecil kemungkinannya akan dipilih rakyat. Alasannya jelas banyak. Dari segi suku saja, dirinya yang bukan jawa (atau minimal istrinya jawa seperti Akbar Tanjung itu), dipastikan tidak akan banyak menarik pemilih di jawa dan juga di luar jawa. Orang jawa itu, kalau memilih elit yang akan memimpin mereka, pastilah mereka cenderung untuk memilih orang jawa jua, yang mereka kenali dari namanya khasnya itu, yang umumnya berakhiran "O" (Sukarno, Suharto, Susilo, Yudhoyono, Sukarwo, Prabowo, Wiranto).

Tapi saya juga tidak yakin, etnis di luar jawa akan memilih Ical, kecuali mungkin orang Sumatera, asal tempatnya Bang Ical. Orang Bugis pastilah cenderung memilih nama seperti JK dulu lagi (dalam Pilpres 2009 lalu, JK hampir menang mutlak di Sulsel); Orang Banjar juga sama saja, akan memilih nama-nama yang akrab di telinga mereka, setidaknya kalau bukan orang Kalimantan, si calon itu adalah muslim yang saleh. Nah, Bang Ical ini, dari sisi kesalehan agamanya, di tandai oleh ummat muslim di tanah air, sangat rendah sekali. Begitu pula dengan kedermawanannya, jarang sekali mereka saksikan di media, kalau Bang Ical itu selalu paling depan dalam menyumbang bila rakyat terkena kesulitan seperti bencana alam itu misalnya, padahal rakyat memahami kalau Ical itu kaya-raya. Mereka juga jarang melihat Ketua umum GOLKAR itu mendatangi majlis taklim, pengajian, atau mengunjungi Kyai mereka di ponpes-ponpesnya. Bang Ical jarang diliput media, meskipun kegiatan sosial Bang Ical sebenarnya cukup tinggi jua, padahal katanya punya tv-one dan antv seperti halnya Surya Paloh dengan Metro-tivinya itu (tapi yang satu ini terlalu berlebihan, sehingga rakyat jadi muak melihatnya yang selalu nongol di tivinya sendiri). Intinya, kharismatik Ical itu sangat rendah sekali di kalangan akar rumput di seluruh tanah air.

Dan yang penting pula, usia pemilih pada pemilu dan Pilpres 2014 kelak, yang di dominasi oleh pemilih pemula (kelahiran pasca krismon 1997 atau generasi Reformasi), anak-anak remaja dan pasangan muda (kelahiran 1970-an sampai 1990-an), serta generasi tua yang lahir tahun 1960-an. Generasi tahun 1960-an itu, yang kini banyak menduduki posisi strategis, tahu persis sejarah ORBA dan GOLKAR di masa lalu. Mereka juga merasakan pahitnya Krismon 1997 dulu sebagai akibat perbuatan ORBA yang salah satu pendukung utamanya adalah Golkar. Komposisi secara nasional untuk generasi 1960-an sampai 1997-an itu, di prediksi hampir 90% pemilih aktif pada tahun 2014. Sulit bagi Ical dan Golkar untuk meyakinkan mereka, apalagi internet setiap hari terus 'menguliti' dosa dan kesalahan Golkar di masa lalu dan dosa Ical seputar lumpur lapindo, pajak, gaya hidup keluarganya yang hedon, dan lainya, hampir setiap hari.

jagu4r 26 Apr, 2012

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...